Jakarta (ANTARA News) - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perdagangan saham Bursa Efek Jakarta (BEJ) pekan depan diperkirakan bakal meneruskan kecenderungan berfluktuasi, mengingat belum adanya sentimen positif dari dalam negeri serta pengaruh kenaikan harga minyak dunia.
"Pekan depan saya kira masih gonjang ganjing," kata Kepala Divisi Riset Recapital Securities, Poltak Hotradero, di Jakarta, Minggu.
Menurutnya, prediksi pasar bahwa BI tidak akan menurunkan suku bunga acuannya akibat tekanan inflasi masih tinggi sepertinya bakal membuat perdagangan pekan depan sulit berada di atas level 2.700 dalam waktu yang lama.
"Sekarang pertanyaannya apakah asing akan meneruskan tren `net sell`-nya? Saya kira masih. Apalagi anggaran kita mengalami tekanan kenaikan subsidi BBM. Mereka jelas akan memperhitungkan itu dalam pertimbangan investasi mereka," jelasnya.
Jika pemerintah memang mengalami kesulitan dalam neraca belanja akibat kenaikan subsidi, katanya, asing tentu ingin mengambil keuntungan dari investasi mereka di Indonesia dan keluar.
Poltak memperkirakan pola perdagangan pekan depan masih seperti pada pekan lalu, yang bergerak dua arah karena pengaruh bursa regional dan bursa AS serta kekhawatiran semakin tingginya harga minyak.
Pada pekan lalu, IHSG ditutup pada 2.668,704 atau melemah 38,962 poin (1,44 persen) dibanding penutupan pada pekan sebelumnya di 2.707,666.
Sedangkan indeks LQ45 kelompok 45 saham unggulan ditutup melemah 13,422 poin (2,24 persen) menjadi 585,339 dibanding pada pekan sebelumnya yang berada di posisi 598,761.
Anjloknya indeks BEJ pada pekan lalu lebih disebabkan oleh aksi ambil untung (profit taking) oleh pelaku pasar, terutama investor asing setelah sebelumnya mengalami kenaikan cukup tinggi dan harga minyak dunia. (*)
Copyright © ANTARA 2007