Kesenian itu akan tetap hidup ketika masyarakat menghidupinya
Bandung (ANTARA) - Paguyuban Seni Sekar Laras punya cara tersendiri dalam memeringati Hari Kartini, dengan mementaskan tari sintren selama 21 jam bertema "Ruang Tanpa Batas".
Ketua Paguyuban Seni Sekar Laras, Darto, menjelaskan bahwa tarian sintren tersebut menjadi simbol perjuangan seorang perempuan seperti perjuangan yang dilakukan oleh Kartini pada jamannya.
"Jadi dalam Hari Kartini kami mecoba membangkitkan lagi semangat juang kaum perempuan," kata Darto di Taman Cikapayang, Jalan Ir Djuanda, Kota Bandung, Minggu.
Baca juga: Gedung Kesenian Jabar tidak termasuk dalam pusat kebudayaan
Menurutnya, saat ini jenis kesenian yang ia pelihara tersebut kurang mendapat perhatian dari pemerintah. Padahal kesenian tari sintren ini merupakan warisan budaya.
"Adanya pergeseran nilai budaya, akhirnya atensi masyarakat mulai teralihkan oleh budaya populer, padahal pada jamannya ini sangat digandrungi," katanya.
Melalui peringatan Hari Kartini ini dia bersama paguyuban seninya mencoba menghadirkan kembali kesenian tarian sintren di tengah-tengah masyarakat.
Dia mengatakan kesenian tersebut perlu dikolaborasikan dengan sesuatu yang bisa diserap oleh masyarakat. Karena menurutnya, setiap kesenian memiliki makna.
"Kesenian itu akan tetap hidup ketika masyarakat menghidupinya," kata dia.
Dia berharap dengan adanya gelaran tersebut, kesenian yang ia budayakan akan terus hidup. Dan, menurutnya, faktor punahnya sebuah kesenian Antara lain karena tidak adanya ruang-ruang pertunjukan.
Baca juga: 38 lomba seni meriahkan pesta kesenian Bali 2019
Baca juga: Festival Selawang Segantang upaya Bangka Tengah lestarikan budaya
Pewarta: Bagus Ahmad Rizaldi
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2019