Tripoli, Libya (ANTARA) - Suara ledakan keras mengguncang Ibu Kota Libya, Tripoli, pada Sabtu larut malam (20/4), setelah satu serangan udara, kata warga setempat.
Itu adalah peningkatan serangan dua-pekan oleh pasukan Libya Timur terhadap kota tersebut, yang dikuasai oleh pemerintah yang diakui masyarakat internasional.
Seorang wartawan Reuters, yang dipantau Antara di Jakarta, Ahad pagi, dan beberapa warga yang diwawancarai mengatakan mereka melihat satu pesawat berkeliling selama lebih dari 10 menit di atas ibu kota Libya, dengan suara menderu sebelum melepaskan tembakan ke pinggir selatan Tripoli, tempat pertempuran paling sengit berkecamuk antara pasukan yang bertikai.
Wartawan Reuters tak bisa mengkonfirmasi apakah satu pesawat atau pesawat nir-awak berada di belakang serangan tersebut, yang memicu tembakan gencar anti-pesawat. Warga telah melaporkan serangan pesawat tanpa awak dalam beberapa hari belakangan ini, tapi tak ada konfirmasi dan suara ledakan yang terdengar di pusat kota itu sekali ini lebih keras daripada suara ledakan beberapa hari sebelumnya.
Warga menghitung beberapa serangan rudal yang tampaknya menghantam kamp pasukan militer yang setia kepada pemerintah di Tripoli di Kabupaten Sabaa. Pemerintah menutup satu-satunya bandar udara yang berfungsi di Tripoli.
Pasukan Tentara Nasional Libya (LNA, yang setia kepada komandan Khalifa Haftar, memulai serangan dua pekan lalu tapi tak bisa menembus pertahanan pemerintah di bagian selatan Tripoli.
Jika serangan pesawat nir-awak dikonfirmasi, itu akan menunjuk kepada perang yang melibatkan peralatan yang lebih canggih. LNA sejauh ini terutama telah menggunakan jet buatan bekas Uni Sovyet dari Angkatan Udara Muammar Gaddafi, yang digulingkan pada 2011. Pesawat tersebut kekurangan daya ketepatan dan LNA juga menggunakan helikopter, kata warga dan sumber militer.
Pada masa lalu, Uni Emirat Arab dan Mesir telah mendukung Haftar selama upaya untuk merebut Libya Timur. Kedua negara tersebut melancarkan serangan udara ke Tripoli pada 2014, setelah konflik lain untuk membantu pasukan yang bersekutu dengan Haftar, kata beberapa pejabat AS pada saat itu.
Sejak 2014, Uni Emirat Arab dan Mesir telah menyediakan perlengkapan militer buat LNA seperti pesawat dan helikopter, dan membantu Haftar meraih keunggulan dalam konflik delapan-tahun di Libya, kata laporan PBB pada masa lalu.
Uni Emirt Arab bahkan membuat satu pangkalan udara di Al Khadim di Libya Timur, kata satu laporan pada 2017.
Serangan udara itu, yang juga direkam oleh warga dan disiarkan di dalam video daring, dilancarkan sehari setelah bentrokan sengit di beberapa kabupaten Tripoli Selatan, dan suara ledakan terdengar di pusat kota.
Kerusuhan meningkat setelah Gedung Putih pada Jumat (19/4) mengatakan Presiden AS Donald Trump berbicara dengan Haftar pada awal pekan lau.
Pengungkapan mengenai percakapan tersebut dan satu pernyataan AS yang mengatakan "AS mengakui peran penting Marsekal Medan Haftar dalam memerangi terorisme dan mengamankan sumber minyak Libya" telah mendorong pendukung komandan Libya Timur itu dan membuat marah lawannya.
Negara Barat dan Teluk telah terpecah mengenai desakan oleh pasukan Haftar untuk menguasai Tripoli, sehingga merusak seruan gencatan senjata oleh PBB.
Kedua pihak yang bertikai mengklaim kemajuan di Tripoli Selatan pada Sabtu, tapi tak ada perincian lebih lanjut yang diberikan.
Sumber: Reuters
Penerjemah: Chaidar Abdullah
Editor: Eliswan Azly
Copyright © ANTARA 2019