Beirut (ANTARA News) - Pendeta Libanon yang berpengaruh, Nasrallah Sfeir, telah mengajukan daftar calon presiden potensial dengan harapan akan mengakhiri krisis yang mengancam untuk menggelincirkan pemilihan yang telah membayang, kata seorang diplomat penting Prancis di Beirut. Andre Parant mengatakan pada wartawan bahwa setelah pertemuan dengan Sfeir, maka pendeta itu memberikan wewenang padanya untuk menyatakan bahwa ketua parlemen Nabih Berri dan Saad Hariri, pemimpin kelompok mayoritas di parlemen, masing-maing telah diberi daftar nama tersebut untuk dibicarakan. "Sekarang terserah pada Berri dan Hariri untuk bertemu guna mengupayakan dan mencapai konsensus berdasar pada daftar itu," kata Parant, kuasa usaha Prancis. Daftar pendeta itu ditunggu dengan khawatir di lingkungan warga Libanon dengan harapan daftar itu akan mendorong mayoritas yang berkuasa yang didukung-Barat dan oposisi yang dipimpin Hizbullah untuk menyetujui seorang calon pada batas waktu 23 November. Kedua belah pihak telah bertengkar mengenai siapa yang akan menggantikan kepala negara sekarang ini yang pro-Suriah Emile Lahoud, yang meningkatkan kekhawatiran bahwa dua pemerintah yang sejajar bisa terbentuk. Seorang pejabat Libanon yang tidak mau disebutkan namanya mengatakan bahwa daftar yang diajukan oleh Sfeir itu mencakup tiga calon yang telah diumumkan -- Nassib Lahoud dan Boutro Harb, keduanya didukung oleh mayoritas yang berkuasa, dan Michel Aoun dari oposisi. Pejabat itu mengatakan tiga nama lain telah ditambahkan ke daftar itu -- Robert Ghanem, seorang pengacara dan anggota parlemen, Joseph Tarabay, yang memimpin badan Uni Bank Arab dan Asosiasi Bank Libanon, dan Damianos Kattar, yang menjabat sebagai menteri keuangan dalam pemerintah sementara mantan perdana menteri Najib Mikati pada 2005. Presiden Libanon harus seorang Kristen Maronit menurut sistem pembagian-kekuasaan (berdasar) pengakuan iman dan dipilih oleh parlemen ketimbang melalui hak pilih rakyat. Tiga sidang khusus parlemen untuk memilih pengganti Lahoud telah ditangguhkan karena kebuntuan dan ada kekhawatiran bahwa pemilihan kesempatan terakhir pada 21 November dapat menemui nasib yang sama. (*)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2007