Surabaya (ANTARA News) - Dinas Pengairan Jawa Timur (Jatim) mencatat, kota Surabaya akan krisis atau kekurangan pasokan air baku pada 2010. "Pada tahun 2010, Surabaya sudah kekurangan air baku sebesar 1,12 meter kubik per detik dan jumlah kekurangan akan terus bertambah pada tahun-tahun selanjutnya," kata konsultan Dinas Pengairan Jatim, Ismail Saud, di Surabaya, Jumat. Di hadapan peserta Simposium "Pengembangan Surabaya Metropolitan Area Di Masa Depan : Air Baku" di gedung Teknik Sipil Institut Teknologi Sepuluh November (ITS) Surabaya, ia mengatakan, angka kekurangan 1,12 meter kubik per detik itu dapat mengganggu distribusi air di Surabaya. "Jatah air untuk minum, air untuk industri, hingga air untuk pemeliharaan kota akan terganggu semuanya," kata Ismail, yang juga dosen D3 Teknik Sipil ITS itu. Saat ini, katanya, Kota Surabaya membutuhkan 8,4 meter kubik per detik air, sehingga jika pasokan air baku berkurang 1,12 meter kubik per detik, maka dalam tiga tahun lagi akan menimbulkan masalah besar dalam pencukupan air baku. "Satu-satunya langkah yang bisa ditempuh saat hal itu terjadi adalah pengurangan jatah di antara ketiga pembagian fungsi air dengan prioritas utama untuk air minum, tapi air untuk industri dan air untuk pemeliharaan kota mungkin dikurangi," katanya. Meski begitu, katanya, Dinas Pengairan tetap mencoba melakukan tindakan preventif terhadap kekurangan air untuk tiga tahun mendatang dengan konservasi di daerah hulu sungai. "Sebenarnya air yang melimpah di saat hujan itu bisa ditampung untuk memasok kekurangan air di musim kemarau," katanya. Selain itu, pemanfaatan DAS Brantas sebenarnya bisa lebih dioptimalkan, sebab potensi air baku dari DAS Brantas itu mencakup kapasitas 11,7 meter kubik per detik. "Tapi baru sebagian saja dari DAS itu yang termanfaatkan, sebab banyak yang masih terbuang ke laut," katanya. Simposium juga menghadirkan pembicara lain yakni Vonny P. Setiawati (Kabag Perencanaan dan Pengendalian Teknik Perum Jasa Tirta I), Dr Suparto Wijoyo (pakar hukum lingkungan), Prigi Arisandi (direktur eksekutif Lembaga Kajian Ekologi dan Konservasi Lahan Basah), Ir Dewi J Putriatni (Bapedalda Jatim), Ir Indrarini Terinsau (Dirtek PDAM), dan Ir Budi Sutjahjo (BPPSPAM). Dalam waktu yang sama, Fakultas Teknologi Kelautan (FTK) ITS juga menggelar "Seminar Nasional Teori dan Aplikasi Teknologi Kelautan" atau SENTA 2007 untuk ke-tujuh kalinya dengan tema "Inovasi Teknologi Kelautan: Mempertemukan Perspektif Industri dan Riset." (*)
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2007