Indeks dolar turun 0,09 persen menjadi 97,3650 pada akhir perdagangan
New York (ANTARA) - Nilai tukar (kurs) dolar AS jatuh pada akhir perdagangan pada Jumat (Sabtu pagi waktu Indonesia) di tengah pound sterling Inggris yang lebih kuat, karena terangkat oleh data penjualan ritel Inggris pada kuartal pertama, yang menandakan pertumbuhan ekonomi yang kuat dari negara itu.
Pada Januari-Maret 2019, jumlah pembelian dalam penjualan ritel di Inggris meningkat 1,6 persen bila dibandingkan dengan kuartal IV 2018, mengikuti pertumbuhan berkelanjutan selama tiga bulan pertama tahun ini, kata Kantor Statistik Nasional pada hari Kamis (18/4/2019).
Secara terpisah, dikutip dari Xinhua,
pertumbuhan tahun-ke-tahun dalam jumlah pembelian meningkat sebesar 6,7 persen pada Maret, tertinggi sejak Oktober 2016, dengan berbagai toko yang mencatat bahwa cuaca yang lebih ringan tahun ini mendorong peningkatan penjualan, menurut produsen statistik resmi independen Inggris.
Indeks dolar yang mengukur greenback terhadap enam mata uang utama, turun 0,09 persen menjadi 97,3650 pada akhir perdagangan.
Pada akhir perdagangan New York, euro naik menjadi 1,1245 dolar dari 1,1230 dolar AS pada sesi sebelumnya, dan pound Inggris naik menjadi 1,2994 dolar dari 1,2988 dolar AS pada sesi sebelumnya. Dolar Australia naik menjadi 0,7148 dolar dari 0,7146 dolar.
Dolar AS dikutip 111,93 yen Jepang, lebih rendah dari 111,94 yen Jepang pada sesi sebelumnya. Dolar AS turun menjadi 1,0143 franc Swiss dari 1,0153 franc Swiss, dan tidak berubah mendekati 1,3386 dolar Kanada dari 1,3386 dolar Kanada.
Baca juga: Dolar AS alami kenaikan di tengah data penjualan ritel yang kuat
Penerjemah: Risbiani Fardaniah
Editor: Kelik Dewanto
Copyright © ANTARA 2019