Jakarta (ANTARA News) - Penerbitan surat utang negara (SUN) hingga saat ini mengalami surplus lebih dari Rp38 triliun sehingga dimungkinkan adanya pembelian kembali (buy back) SUN.
"Kalau memang ada dana yang bisa kita manfaatkan, kita akan lakukan buy back," kata Dirjen Pengelolaan Utang Departemen Keuangan, Rahmat Waluyanto di Jakarta, Jumat.
Rahmat tidak menyebutkan berapa nilai SUN yang dapat di-buy back karena keputusan mengenai jumlah harus dibahas dengan pihak Ditjen Perbendaharaan.
Selama tahun 2007 ini, pemerintah baru melakukan buy back SUN dengan nilai sebesar Rp1 triliun padahal surplus penerbitan SUN mencapai lebih dari Rp38 triliun.
Menurut Rahmat, masih kecilnya buy back SUN antara lain karena selama ini kondisi pasar SUN cukup baik kecuali beberapa saat ketika ada pengaruh kasus subprime mortgage.
Dalam kesempatan yang sama, Rahmat juga mengingatkan, perlunya membedakan antara surplus berjalan dengan defisit yang ditetapkan pada akhir tahun.
"Kalau running surplus itu masih bisa berubah," katanya.
Jika memang ada surplus, lanjutnya, akan ada mekanisme perlakuan atas surplus itu karena tahun 2006, juga terdapat surplus penerbitan SUN sekitar Rp10 triliun.
Sementara itu mengenai kepemilikan SUN oleh pihak asing, Rahmat menyebutkan, saat ini sudah kembali seperti pada bulan Mei 2007 yaitu mencapai sekitar 17 persen atau nominalnya sekitar Rp80 triliun.
Kepemilikan asing sempat mengalami penurunan sebagai dampak dari kasus subprime mortgage hingga mencapai sekitar 16 persen.
"Sekarang sudah kembali ke posisi seperti bulan Mei 2007. Ketahanan pasar obligasi negara cukup baik, tidak ada sudden reversal (penarikan besar-besaran), hanya ada sedikit pengurangan, tapi secara cepat kembali lagi," katanya.(*)