Singapura (ANTARA News) - Minyak dunia diperdagangkan lebih tinggi di Asia, Jumat, setelah OPEC memperkirakan rendahnya permintaan dunia, kata kalangan pialang. Perkiraan yang dikeluarkan Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) bertepatan dengan keluarnya laporan pemerintah AS yang mengejutkan mengenai peningkatan persediaan energinya. Pada perdagangan pagi, kontrak utama berjangka minyak jenis ringan untuk pengiriman Desember di New York sembilan sen lebih tinggi menjadi 93,52 dolar AS pe barel. Pada Kamis, kontrak itu tergelincir 66 sen untuk ditutup pada posisi 93,43 dolar per barel. Kontrak untuk pengiriman Desember akan ditutup Jumat ini. Sementara harga minyak jenis Brent Laut Utara untuk pengiriman Januari lebih tinggi satu sen menjadi 90,42 dolar. OPEC, Kamis, menurunkan perkiraan pertumbuhan permintaan minyak dunia pada 2007, berkaca pada musim dingin dan tingginya harga bensin di Amerika Utara yang dapat menurunkan tingkat konsumsi. Organisasi itu, yang memproduksi sekitar 40 persen minyak mentah dunia itu, memperkirakan kebutuhan dunia akan turun sampai 100.000 barel per hari pada kuartal keempat tahun ini dan 30.000 barel per hari pada 2008. Tobin Gorey, analis komoditas di Commonwealth Bank of Australia, seperti dikutip AFP, menyatakan perkiraan OPEC diikuti perkiraan serupa dari Lembaga energi Internasional (IEA) -- menunjukkan kesamaan antara produsen dan konsumen. IEA yan gmenjadi penasehat untuk negara konsumen utama, menurunkan perkiraan permintaan minyak dunia untuk kuartal keempat tahun ini. Penurunan perkiraan itu disebutkan karena melemahnya aktivitas perekonomian di AS dan menunjuk pada peningkatan produksi OPEC sebesar 410.000 barel per hari pada Oktober. Perkiraan baru OPEC muncul setelah para mengteri OPEC menghadapi tekanan dari negara-negara konsumen untuk meningkatkan produksi. Mereka mengatakan pasar memperoleh banyak pasokan dan menyatakan kenaikan harga minyak yang mendekati 100 dolar per barel berada di luar kendali organisasi itu. Pekan lalu, kontrak utama di New York mencapai puncak rekor di kisaran 98,62 dolar dan Brent berpacu mencapai kisaran 95,19 dolar karena kekhawatiran mengenai ketatnya pasokan di AS, konsumen energi terbesar di dunia. Para pemimpin negara anggota OPEC meneggelar pertemuan puncak di Riyadh pada akhir pekan ini. Sementara itu, pemerintah AS Kamis melaporkan bahwa persediaan minyak mentah di dala negerinya melonjak sampai 2,8 juta barel menjadi 314,7 juta barel selama sepekan sampai 9 November. Peningkatan itu, berlawanan dengan perkiraan kalangan analis yang menyatakan kemungkinan penurunan sampai 750.000 barel. Persediaan minyak hasil olahan, termasuk minyak pemanasa dan bensin, anjlok 2 juta barel menjadi 133,4 juta, jauh dari perkiraan penurunan yang hanya 500.000 barel. Bahan bakar hasil pengolahan menjadi fokus menjelang musim dingin di Amerika Utara. Gorey mengatakan perkiraan suhu akan lebih hangat dari kondisi normal di Timur Laut AS. (*)
Copyright © ANTARA 2007