Serang (ANTARA News) - Letusan Gunung Anak Krakatau (GAK) yang berada di Selat Sunda, selama 24 hari terakhir, masih fluktuatif dengan kemunculan interval cepat 3-5 menit dan interval lambat 10-15 menit. Petugas Pemantau di Pos Desa Pasauran, Kecamatan Cinangka, Kabupaten Serang, Kamis malam, menyatakan sekitar pukul 12.00 sampai 18.00 WIB telah terjadi sebanyak 65 letusan, kegempaan vulkanik A (dalam) dua kali, vulkanik B (dangkal) 28 kali, tremor 81 kali, dan gempa hembusan 29 kali. Frekuensi letusan kegempaan vulkanik selama enam jam sepanjang Kamis malam, mengalami penurunan dibandingkan kondisi dari pkl. 00.00 sd 12.00 WIB. Petugas mencatat sebanyak 114 letusan, kegempaan vulkanik A (dalam) satu kali, vulkanik B (dangkal) 24 kali, tremor 68 kali, dan gempa hembusan 41 kali. "Sejauh ini letusan dan kegempaan vulkanik dalam dan dangkal, tremor serta gempa hembusan pada Gunung Anak Krakatau setiap hari masih kategori normal dan belum ada gejala letusan besar," kata Tim Pusat Vulkanologi dan Migitasi Bencana Geologi (PVMBG), Bandung, Jawa Barat, Dedi Lukman. Kendati terjadi naik turun frekuensi letusan dan kegempaan Gunung Anak Krakatau itu, namun statusnya masih koridor "Siaga" level III dan bahaya kalau mendekati kawasan 3 km dari titik semburan pijar dan lava. Selama Kamis siang, gunung di dalam laut itu mengeluarkan asap berwarna putih kelabu dari titik semburannya yang telah membentuk kawah baru dan terus melebar. "Saya melihat jelas asap berwarna abu putih dari Pos Pemantauan GAK di Pantai Anyer hingga mencapai ketinggian 700 meter. Asap itu disemburkan dari kawah gunung itu," kata Dedi pula. Menurut Dedi, perkembangaan letusan dan kegempaan Anak Krakatau itu belum mengalami penurunan, sehingga belum diturunkan statusnya menjadi "Waspada".(*)

Editor: Heru Purwanto
Copyright © ANTARA 2007