Serang (ANTARA News) - Kegempaan vulkanik, tremor dan hembusan letusan Gunung Anak Krakatau (GAK) di perairan Selat Sunda, setiap hari terekam alat seismograf (alat pencatat gunung) mencapai 600 kali. Petugas Pengamatan di Pos Desa Pasauran, Kecamatan Cinangka, Kabupaten Serang, Kamis, sekitar pukul 00.00 sampai 12.00 WIB, mencatat sebanyak 114 letusan, kegempaan vulkanik A (dalam) satu kali, vulkanik B (dangkal) 24 kali, tremor 68 kali dan gempa hembusan 41 kali. Letusan dan kegempaan vulkanik dalam dan dangkal, tremor serta hembusan sepanjang Kamis secara kualitas mengalami kenaikan, dibandingkan Rabu sekitar pukul 00.00 sampai 06.00 WIB, menyebutkan sebanyak 97 letusan, kegempaan vulkanik A (dalam) tiga kali, vulkanik B (dangkal) 30 kali, tremor 19 kali, dan gempa hembusan sebanyak 25 kali. Tetapi, kata dia, hingga saat ini frekuensi letusan dan kegempaan Anak Krakatau masih fluktuatif, bahkan setiap hari berkisar 500 sampai 600 kali sehingga tidak begitu membahayakan bagi masyarakat di pesisir Pantai Antar-Carita, Provinsi Banten. Namun demikian,lanjutnya, status Anak Krakatau hanya sampai radius 3 kilo meter, sehingga pengunjung maupun nelayan termasuk petugas cagar alam laut (CAL) di sekitar Pulau Sertung dan Panjang tidak diperbolehkan ke kawasan titik letusan gunung. "Saat ini Anak Krakatau masih dinyatakan "Siaga" level III dan belum dicabut oleh Pusat Vulkanologi dan Migitasi Bencana Geologi (PVMBG), Bandung Jawa Barat, karena terus mengeluarkan semburan bebatuan pijar,lava dan gas beracun," kata Anton Prambudi Kepala Pemantau Gunung Anak Krakatau di Pos Pengamatan Desa Pasauran, Kecamatan Cinangka, Kabupaten Serang, Kamis. Menurut Anton, sejauh ini tetap letusan dan kegempaan vulkanik Gunung Berapi kemunculan interval cepat 3-6 menit dan lambat 10-15 menit. Perkembangaan letusan dan kegempaan Anak Krakatau sampai saat ini tidak mengalami penurunan hingga menjadi status "Waspada". Padahal, hampir sebulan lalu belum menunjukkan akan berakhirnya frekuensi letusan dan kegempaan vulkanik.(*)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2007