Jakarta (ANTARA) - Setelah Motorola DynaTAC 8000X membuat panggilan telepon seluler pertama di dunia pada 1973, Motorola sekarang mengklaim sebagai pelopor ponsel 5G pertama di jagad raya berkat smartphone teranyarnya moto z3 yang mendukung koneksi cepat generasi kelima.
Moto z3 dikombinasikan dengan 5G moto mod, menjadi smartphone yang tersedia secara komersial pertama di dunia yang terhubung ke 5G ketika Verizon menyalakan jaringan 5G Ultra Wideband pada 3 April 2019, kata Motorola dalam pernyataan tertulisnya, dikutip Kamis.
Sama seperti Motorola DynaTAC 8000X yang merevolusi komunikasi seluler pada tahun 1973, 5G akan mengubah teknologi seluler dari yang ada sekarang. 5G memberikan latensi yang lebih rendah, bandwidth lebih tinggi, dan kecepatan hingga 10 kali lebih cepat dari teknologi nirkabel yang ada.
"Jaringan 5G akan memperkuat konektivitas seluler dan secara radikal meningkatkan pengalaman smartphone," kata Motorola.
Baca juga: Motorola Razr kembali, berlayar lipat dibanderol Rp21 juta
Smartphone moto z3 didukung dengan modem Qualcomm Snapdragon X50 5G dan dikemas dengan modul antena QTM052 mmWave, sedangkan moto mod memanfaatkan platform moto mod Motorola digunakan untuk menghubungkan pengguna moto z3 ke 5G tanpa harus membeli smartphone baru.
"Streaming langsung 4K tanpa gangguan, obrolan video, pengalaman gaming dan VR yang bebas hambatan, dan kecepatan unduh tercepat yang pernah ada hanyalah awal dari apa yang dapat Anda lakukan dengan moto z3 dan 5G moto modTM, bersama dengan jaringan 5G Ultra Wideband Verizon," jelas brand perangkat AS yang sekarang sudah dibeli Lenovo ini.
moto z3 dipasarkan dengan harga 480 dolar AS atau sekitar Rp6,7 juta, sedangkan moto mod 5G sekitar 200 dolar setara sekira Rp2,8 juta. Jadi, konsumen di AS yang menginginkan pengalaman 5G pertama mereka dengan dua perangkat Motorola ini mereka harus mengeluarkan sekitar Rp8,5 juta.
Baca juga: Motorola siapkan ponsel lipat pertengahan tahun ini
Baca juga: Motorola ST7500 Compact Tetra, HT untuk misi kritis
Pewarta: Suryanto
Editor: Alviansyah Pasaribu
Copyright © ANTARA 2019