Jakarta (ANTARA News) - Indonesia diprediksi bakal mengalami kenaikan tajam pada konsumsi domestik dan investasi pada 2008 sehingga ekonomi Indonesia akan tumbuh lebih cepat dari 6,3 persen pada 2007 menjadi 6,4 persen. "Kami perkirakan, momentum ekonomi dan laju petumbuhan ekonomi yang tinggi, disertai dengan kenaikan investasi pemerintah bakal dapat mempertahankan prospek positif ekonomi Indonesia pada tahun depan, meskipun ada perlambatan global," ungkap Country Director Bank Dunia untuk Indonesia, Joachim von Amsberg, di Jakarta, Kamis, saat menyampaikan hasil tinjauan semesteran terbaru Bank Dunia tentang ekonomi Asia Timur dan Indonesia. Joachim menambahkan, situasi makroekonomi yang kondusif akan membuka kesempatan reformasi pada sektor mikro. "Reformasi untuk memperbaiki iklim investasi akan dapat menumbuhkan investasi dengan cepat sehingga membuka lapangan kerja baru, kompetisi yang lebih terbuka, dan kenaikan pendapatan untuk menekan kemiskinan," ujarnya. Sementara itu, Ekonom Bank Dunia untuk Indonesia William Wallace mengingatkan, masih ada resiko penurunan mengingat situasi global yang masih bergejolak. "Indonesia memang dikaruniai komoditas-komoditas dengan nilai jual tinggi di pasar yang kemudian diwujudkan dalam transaksi perdagangan sehingga mendorong pertumbuhan. Namun, di sisi lain, kenaikan harga produk yang tinggi itu terkompensasi oleh perlambatan ekonomi AS, yang menyebabkan perlambatan ekonomi dunia dan inflasi yang lebih tinggi," jelasnya. Dalam kesempatan itu, Bank Dunia mengungkapkan pertumbuhan ekonomi di negara-negara ekonomi baru di Asia Timur bakal mencapai 8,2 persen atau sedikit melambat dari 8,4 persen pada 2007 yang didorong oleh investasi dan konsumsi di China, meski perlambatan ekonomi AS akan mempengaruhi ekspor negara Asia Timur lainnya. Ekonomi China sendiri diperkirakan bakal tumbuh 10,8 persen pada 2008, Jepang tumbuh 1,8 persen, Korea tumbuh 5,1 persen, Vietnam tumbuh 8,2 persen dan Thailand tumbuh 4,6 persen. Ekonom Utama Bank Dunia, Vikram Nehru, mengatakan pertumbuhan cepat di Asia Timur menyebabkan penurunan tajam pada angka kemiskinan. Menurut catatan Bank Dunia, jumlah penduduk miskin yang hidup di bawah 2 dolar AS per hari di kawasan itu turun menjadi 27 persen dari sebelumnya 29,5 persen. Terkait kenaikan harga minyak dunia yang saat ini berada pada level di atas 90 dolar AS per barel, Bank Dunia juga mencatat adanya kenaikan permintaan di negara berkembang di kawasan itu 3-4 persen per tahun. Tinjauan itu menyebutkan, harga rata-rata 90 dolar AS per tahun pada 2008 akan memangkas 1 persen PDB di Asia Timur. (*)
Editor: Heru Purwanto
Copyright © ANTARA 2007