New York (ANTARA News) - Harga minyak menguat kembali, Rabu, setelah pimpinan Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) Abdallah al-Badri menolak seruan Amerika Serikat agar mendorong produksi guna membantu mendinginkan pasar.
Kontrak minyak berjangka utama New York untuk minyak mentah light sweet untuk pengiriman Desember naik 2,92 dolar, mendekati 94,09 dolar AS per barel.
Di london, minyak mentah Brent Nort Sea juga untuk pengiriman Desember naik 2,53 dolar pada posisi 91,36 dolar per barel.
Minyak mentah berjangka telah ditutup melemah lebih tiga dolar pada Selasa (13/11), menyusul penurunan prediksi permintaan global dari Lembaga Energi Internasional (IEA).
Sepekan lalu, kontrak utama New York menembus angka historis tinggi 98,62 dolar dan Brent mencapai 95,19 di tengah-tengah kekhawatiran atau ketatnya pasokan energi di Amerika Serikat, pengguna energi terbesar dunia.
Badri, seorang pajabat Libya dan Sekjen OPEC, Rabu, mengatakan suatu keputusan final mengenai produksi akan dibuat oleh para menteri perminyakan OPEC pada saat pertemuan di ibu kota Uni Emirat Arab (UEA), Abu Dhabi.
"Pada saat itu, kami belum melihat bahwa kami ingin menambah minyak di pasaran," katanya, pada konferensi pers di Riyadh, Arab saudi, menjelang pertemuan puncak (KTT) OPEC pada akhir pekan ini di mana akan membahas mengenai masalah pasokan minyak jangka panjang.
Sementara itu Direktur Eksekutif IEA, Nabuo Tanaka, di Roma, Rabu, seperti dilaporkan AFP, menyerukan pada negara-negara produsen minyak untuk memberikan "reaksi" terhadap tingkat harga minyak mentah saat ini.
"Kami ingin agar negara-negara produsen bereaksi terhadap situasi pasar saat ini," kata Tanaka di ibukota Italia itu, di mana ia menghadiri konferensi energi dunia, Kamis.
"Jika harga tetap tinggi hal itu akan sangat berpengaruh buruk terhadap perekonomian dunia."
IEA dalam laporan bulanan yang dipublikasikan Selasa lalu menyebutkan ada indikasi kuat bahwa harga yang tinggi menekan permintaan, di mana bersamaan dengan adanya signal peningkatan produksi dari Arab Saudi, Irak dan juga Nigeria, telah melindungi dari kenaikan harga lebih lanjut.
Kenaikan harga minyak dunia saat ini dapat kehilangan momentum karena turunnya permintaan dan peningkatan produksi Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC), menurut prediksi IEA.
IEA, penasehat kebijakan energi negara maju, menurunkan perkiraan permintaan minyak dunia untuk kuartal keempat tahun ini. Perkiraan didasarkan pada melemahnya aktivitas ekonomi di AS dan mengacu pada peningkatan produksi OPEC sebesar 400.000 barel pe hari pada Oktober. (*)
Copyright © ANTARA 2007