Denpasar (ANTARA News) - Menteri Pendidikan Nasional Bambang Sudibyo menegaskan bahwa sekira 20.000 sekolah dalam berbagai jenjang pendidikan di Tanah Air akan memperoleh akses pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi (ICT) pada 2008.Sementara bagi perguruan tinggi baik negeri maupun swasta yang mampu membangunnya sendiri, pemerintah memberikan akses melalui local node yang ada di daerahnya, kata Mendiknas Bambang Sudibyo di Kuta, Bali. Di sela-sela pembukaan kegiatan "International Symposium on Open, Distance and E-Learning 2007" yang melibatkan 421 peserta dari 18 negara, ia menambahkan, pemerintah juga memberikan dana untuk pengembangan materi (contents) sehingga nantinya mampu saling tukar-menukar informasi antar sekolah. Hingga saat ini sudah 10.000 sekolah, terutama sekolah menengah kejuruan dan perguruan tinggi yang sudah terjangkau ICT. Selain itu lebih dari 100 perguruan tinggi swasta sudah tersambung ke jaringan pendidikan nasional (Jardiknas). Khusus perguruan tinggi, jaringan yang dimiliki yakni melalui sub Indonesian education network. Pemerintah mengembangkan ICT mulai dari daerah yang memiliki kesiapan untuk masuk dalam jaringan pendidikan, kata Menteri Bambang sudibyo. Program yang dikembangkan secara intensif itu tidak terbatas pada pendidikan formal, namun juga menjangkau kegiatan pendidikan non formal. Hingga saat ini sudah ada kursus komputer dengan sertifikasi berstandar internasional yang berpusat di London. Pendidikan tersebut merupakan salah satu contoh pendidikan non formal yang bisa diberikan akses ICT oleh pemerintah. Pemerintah sedang mencari model ICT yang tepat untuk pendidikan non formal di Indonesia, sehingga semua sistem pendidikan menjadi satu jaringan yang pembangunannya secara bertahap, kata Mendiknas Bambang Sudibyo. Selain sedikitnya 60 pembicara yang tampil, dalam simposium internasional itu juga menyelenggarakan video conference dengan Prof Tsuyoshi Usagawa, pakar dari Kumamoto University Jepang, yang disiarkan ke penyelenggaraan Isodel 2007 di Bali dan disebarluaskan ke delapan perguruan tinggi di dalam dan luar negeri secara interaktif melalui Jardiknas (inherent). Ke-18 negara yang ikut ambil bagian antara lain Amerika Serikat, Jepang, Korea, Australia, Hongaria, Iran, India, Bangladesh, Pakistan, Sri Lanka, Vietnam, Brunei Darussalam, Thailand, Philipina, Malaysia, Singapura dan tuan rumah Indonesia. Kegiatan tersebut juga dimeriahkan dengan pameran yang melibatkan sejumlah perguruan tinggi serta lembaga lain yang bergerak dalam pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi (ICT). Ketua Panitia Lilik Gani yang juga Direktur Pusat Teknologi Komunikasi dan Informasi Pendidikan Depdiknas menjelaskan, semua kegiatan tersebut bertujuan untuk menambah wawasan peserta tentang kemajuan teknologi dan implementasi ICT dalam pendidikan terbuka, jarak jauh atau e-learning. Melalui simposium internasional tersebut diharapkan dapat merumuskan rekomendasi dalam bidang Open distance and e-learning dalam menunjang tiga pilar kebijakan pendidikan, baik melalui jalur pendidikan formal maupun non formal. Hasil rekomendasi itu akan disampaikan kepada Menteri Pendidikan Nasional sebagai bahan pertimbangan kebijakan dalam bidang pendayagunaan ICT untuk open, distance and e-learning dalam menunjang perluasan dan pemerataan akses pendidikan. Selain itu meningkatkan mutu, daya saing pendidikan, penguasaan tata kelola, akuntabilitas dan citra publik. Kegiatan tersebut nantinya diharapkan menjadi agenda tetap minimal setahun sekali, dengan pemilihan tema sesuai perkembangan terakhir, ujar Lilik Gani.(*)

Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2007