Roma (ANTARA News) - Menteri Energi Amerika Serikat, Samuel Bodman, Selasa, mendesak Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) untuk membantu mendinginkan harga minyak, saat para pemimpin dari negara-negara anggota OPEC bertemu pada KTT OPEC ke III, yang akan berlangsung di Riyadh, 17 - 18 November mendatang. Ditanya disela-sela konferensi energi di Roma, apakah ia menginginkan 12 negara anggota OPEC itu meningkatkan produksi (output), ia menyatakan "Ya, tentu." Harga minyak diperkirakan bisa menembus 100 dolar per barel pekan lalu, tetapi kemudian menurun setelah Arab Saudi, anggota utama OPEC, sekutu dekat AS memberikan aba-aba mengenai keinginannya untuk membicarakan kemungkinan menaikkan produksi. Lembaga Energi Internasional (IEA), mengatakan bahwa tekanan pada harga adalah mudah tetapi tambahan pasokan tetap diperlukan pada musim dingin di belahan bumi utara. "Dimana...ada indikasi kuat bahwa harga yang tinggi menekan permintaan," kata badan energi internasiaonal tersebut dalam laporan minyak bulanannya, "di mana bersamaan dengan adanya signal peningkatan produksi dari Arab Saudi, Irak dan juga Nigeria, telah melindungi dari kenaikan harga lebih lanjut." Kenaikan harga minyak dunia saat ini dapat kehilangan momentum karena turunnya permintaan dan kenaikan produksi Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC), menurut prediksi IEA. IEA, penasehat kebijakan energi negara maju menurunkan perkiraan permintaan minyak dunia untuk kuartal keempat tahun ini. Perkiraan didasarkan pada melemahnya aktivitas ekonomi di AS dan mengacu pada peningkatan produksi OPEC sebesar 400.000 barel pe hari pada Oktober. Sementara itu, Menteri Perminyakan Arab Saudi Ali al-Nuaimi, mengatakan di Riyadh, di mana KTT ke III OPEC akan dimulai Sabtu mendatang, mengatakan bahwa kekhawatiran ketidakcukupan pasokan adalah "tidak mendasar." "Saya percaya OPEC pada umumnya dan Arab Saudi khususnya telah menunjukkan kesanggupan mereka untuk merespon dengan sangat cepat setiap kekurangan (dalam pasokan)," tambahnya, seperti dilaporkan AFP. Kontrak utama New York, untuk minyak mentah light sweet pengiriman Desember, sempat turun 2,36 dolar menjadi 92,26 dolar per barel pada Selasa (13/11). Rabu lalu harga sempat menembus puncak historis tertinggi 98,62 dolar per barel. Di London, Selasa, minyak mentah Laut Utara untuk pengiriman Desember turun 1,35 dolar menjadi 90,63 dolar per barel. Pada satu poin turun, akan di bawah 90 dolar untuk pertama kalinya sejak 1 November. Sementara itu harga minyak diperdagangkan lebih tinggi di Asia pada Rabu pagi dan secara teknis pulih setelah anjlok karena terpengaruh oleh perkiraan turunnya permintaan dunia, kata kalangan pedagang. Pada perdagangan Rabu pagi, Kontrak berjangka minyak mentah light sweet pengiriman Desember di New York naik 31 sen menjadi 91,48 dolar AS per barel. Para pemimpin dari negara-negara anggota Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) dijadwalkan bertemu akhir pekan ini di ibu kota Arab Saudi, Riyadh, yang merupakan produsen minyak mentah terbesar dunia. OPEC memproduksi sekitar 40 persen dari pasokan minyak mentah dunia. Organisasi minyak internasional itu berusaha mengatur harga melalui penetapan batasan produksi bagi anggotanya dengan menetapkan sistem kuota. Pada pertemuan terakhir para menteri perminyakan OPEC di Wina September lalu, Arab Saudi mendorong peningkatan dalam produksi meskipun mendapat tantangan dari Iran, Venezuela dan Aljazair. IEA mengakui pasokan ekstra dari beberapa negara anggota OPEC selama Oktober, tetapi mengatakan pihaknya menginginkan lebih banyak pasokan minyak. "Kami berpikir bahwa kami ingin minyak lebih banyak untuk musim dingin mendatang," kata analis IEA, David Flfe. Para pemimpin OPEC bertemu terakhir di Caracas pada 2000, pertemuan puncak (KTT) serupa ke dua setelah KTT pertama pada 1975 di Aljazair. (*)

Pewarta:
Copyright © ANTARA 2007