Denpasar (ANTARA News) - Inspektur Jenderal Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), S. Suryanto, menegaskan produksi minyak di Indonesia cenderung mengalami penurunan dari 1,3 juta barel per hari menjadi satu juga barel. Penurunan produksi terjadi dalam beberapa tahun terakhir akibat ladang yang menjadi sumber produksi minyak usianya sudah tua, sementara ladang baru belum beroperasi kata Suryanto di Nusa Dua, Bali, Rabu. Ia mengatakan hal itu kepada wartawan seusai membuka Konvensi 2007 mengenai sumber energi campuran optimalisasi dari energi campuran untuk keamanan energi nasional yang melibatkan 800 peserta dari dalam dan luar negeri. Akibat menurunnya produksi Indonesia mengalami kesulitan memenuhi kebutuhan minyak dalam negeri, sehingga begitu ada kenaikan harga minyak memberikan dampak megatif terhadap proses pembangunan di Tanah air. Oleh sebab itu, Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) membentuk tim percepatan peningkatan produksi minyak, antara lain menggunakan energi alternatif. "Banyak energi-energi alternatif yang bisa dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan minyak yang selama ini didominasi eneergi fosil," ujarnya. Sumber energi alternatif itu antara lain minyak jarak, tenaga air dan tenaga angin yang perlu digarap secara intensif dengan sentuhan teknologi dan investasi. Untuk itu perlu upaya menarik investor mancanegara agar berinvestasi di Indonesia guna mengembangkan energi alternatif, disamping pemilik modal dalam negeri, katanya. Sementara itu. Ketua Umum Ikatan Ahli Teknik Perminyakan Indonesia (IATMI), Kuwo Wahyono, menambahkan meningkatnya harga minyak mentah di pasaran dunia yang melampaui 90 dolar AS/barel berimplikasi secara langsung terhadap proses pembangunan di Indonesia. Hal itu akibat struktur energi Indonesia masih didominasi energi fosil. Oleh sebab itu dinilai sangat penting dalam mewujudkan ketahanan energi nasional guna memacu pertumbuhan ekonomi di Tanah Air. Oleh sebab itu, pertemuan yang digelar organisasi profesi antara lain HAGI, IATMI, dan Ikatan ahli Geologi Indonesia (IAGI) dinilai sangat tepat dalam menyelaraskan semua potensi bangsa. Potensi tersebut menyangkut upaya mencari, mengkaji dan mengaplikasikan temuan ilmiah dan teknologi terbaru untuk menjamin kelanjutan pembangunan nasional. Pertemuan kali ini yang sengaja memilih Bali, sekaligus menyongsong pelaksanaan konferensi internasional perubahan iklim atau UNFCCC yang akan berlangsung di kawasan Nusa Dua, Bali 3-14 Desember mendatang. Organisasi profesi itu sangat mendukung melalui upaya mitigasi pemanasan global dengan temuan-temuan para pakarnya. Untuk itu secara khusus pakar ilmu dan teknologi kebumian Indonesia ikut memberikan kontribusi, yakni teknologi yang hemat pemakaian bahan bakar fosil dan temuan teknologi baru yang rendah emisi karbon. (*)
Copyright © ANTARA 2007