Hal ini yang juga membuat agak lama proses pencoblosannya
Kupang (ANTARA) - Sejumlah warga di desa Silawan, Kecamatan Tasifeto Timur, Kabupaten Belu di dekat perbatasan NTT dan Timur Leste sulit menentukan pilihannya saat mencoblos di kertas suara calon anggota DPRD, DPR dan DPD karena tak bisa membaca.
"Saya coblos saja tadi. Tidak tahu yang mana orangnya karena memang saya tidak bisa membaca. Tetapi kalau untuk mencoblos surat suara Presiden saya mengerti," kata Ana seorang wanita berusia 40 tahun yang ditemui usai mencoblos di TPS 001 desa Silawan, Rabu.
Ia mengaku bingung karena hanya ada nama-nama caleg. Tidak seperti surat suara Pilpres yang ada foto dan nama calon presidennya.
Hal ini diakui oleh Ketua Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS) Isak Polly yang menyatakan bahwa puluhan warga dari 250 daftar pemilih sulit membaca.
"Hal ini yang juga membuat agak lama proses pencoblosannya karena pemilih harus mencari-cari lagi," ujar dia.
Tak hanya sulit membaca, pemilih juga kesulitan melipat kembali surat suara yang sudah dicoblos sehingga membutuhkan arahan dari anggota KPPS ketika hendak memasukkan ke kotak suara.
Kepala Desa Silawan, Ferdi Mones Bili ditemui secara terpisah mengakui adanya warga yang memang buta huruf.
"Ini yang kita takutkan dan hal itu terbukti ketika dilakukan pencoblosan," ujar dia.
Padahal antusias warga di desa itu untuk memilih sangat tinggi. Sayangnya hal itu tak didukung dengan adanya kertas suara bergambar wajah caleg.
"Artinya bahwa banyak warga di TPS ini tak bisa mencoblos caleg sesuai dengan hati nuraninya. Kasus seperti ini juga tak hanya ada di TPS 001 tetapi ada di TPS lainnya di desa ini," ujar dia.
Baca juga: Jokowi sementara unggul di hitung cepat sejumlah lembaga survei
Baca juga: Polres Sampang terjunkan pasukan Brimob ke lokasi penembakan
Pewarta: Kornelis Kaha
Editor: Dewanti Lestari
Copyright © ANTARA 2019