Serang (ANTARA News) - Semburan lava dan bebatuan pijar Gunung Anak Krakatau (GAK) di perairan Selat Sunda, Provinsi Lampung, meluas hingga ke bukit selatan gunung. Petugas Pengamatan di Pos Desa Pasauran, Kecamatan Cinangka, Kabupaten Serang, Rabu, mencatat, sekitar pukul 00.00 sampai 06.00 WIB, terjadi 97 letusan, kegempaan vulkanik A (dalam) tiga kali, vulkanik B (dangkal) 30 kali, tremor 19 kali, dan gempa embusan sebanyak 25 kali. Letusan dan kegempaan vulkanik sepanjang Rabu pagi secara kualitas mengalami penurunan dibandingkan hari Selasa (pukul 00.00-12.00 WIB), yang terjadi 210 letusan, kegempaan vulkanik A (dalam) 4 kali, vulkanik B (dangkal) 29 kali, gempa tremor 35 kali, dan gempa embusan sebanyak 36 kali. "Kami terus mengamati perkembangan frekuensi letusan dan kegempaan vulkanik Anak Krakatau. Hingga kini masih fluktuatif dan tidak terjadi gelombang tsunami," kata Anton, Kepala Petugas Pemantau Gunung Anak Krakatau, di Desa Pasauran, Kecamatan Cinangka, Kabupaten Serang, Rabu. Menurut Anton, selama aktivitas Anak Krakatau tanggal 23 Oktober 2007 sampai saat ini letusan dan kegempaan vulkanik terus meningkat, namun masih normal. Meski demikian, aktivitas gunung tersebut tetap berbahaya setidaknya dari jarak tiga kilometer dari titik letusan gunung, apalagi letusan bebatuan pijar dan lava sudah meluas ke bukit selatan. Saat ini, lanjut Anton, bagi pengunjung maupun nelayan yang mendekati kawasan Anak Krakatau sangat bahaya, karena masih berlanjutnya semburan bebatuan pijar, lava, dan gas beracun. Berdasarkan pengamatan visual, Selasa (13/11) malam, lontaran batuan pijar dan lava sudah mencapai 400 meter dari kubangan kawah Anak Krakatau, bahkan separuh bukit terlihat jelas berwarna kemerahan akibat semburan bola api gunung itu. Setelah menampakkan aktivitasnya selama 23 hari, hingga saat ini Anak Krakatau masih dalam status "Siaga" III dan belum dicabut oleh Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), Bandung, Jawa Barat. (*)
Copyright © ANTARA 2007