“Mereka sudah diarahkan dan menerima sosialisasi sebanyak dua kali sehingga sekarang mereka tinggal melaksanakan sajaJakarta (ANTARA) - Kepala Dinas Sosial (Kadinsos) DKI Jakarta Irmansyah menyebutkan pemilih Orang dengan Gangguan Jiwa (ODGJ) di TPS 078 dan 079 yang berada di Panti Sosial Bina Laras Harapan Sentosa 2 Cipayung mencoblos dengan lancar.
“Sebetulnya kalau untuk kami di panti dan semua jajaran mendukung ini semua, sesuai dengan arahan dari pimpinan kami tentunya, sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang sudah ada,” kata Irmansyah di Jakarta Timur, Rabu
Menurut dia, Dinas Sosial (Dinsos) DKI Jakarta sudah melakukan sosialisasi sebanyak dua kali, sehingga dapat memudahkan para ODGJ dalam melakukan pemungutan suara di Pemilu 2019.
“Mereka sudah diarahkan dan menerima sosialisasi sebanyak dua kali sehingga sekarang mereka tinggal melaksanakan saja,” kata Irmansyah.
Kepala Panti Sosial Bina Laras Harapan Sentosa 2 Cipayung Tuti Sulistyaningsih mengatakan, pihak panti dibantu Komisi Pemilihan Umum (KPU) dan Dinsos DKI sudah melakukan sosialisasi pada Januari dan Maret 2019. Sedangkan pada awal April 2019, panti kedatangan relawan penyandang disabilitas LINTAS yang turut serta memberikan sosialisasi tentang pemilu.
“Kami diperkenalkan siapa paslonnya (pasangan calon), untuk apa mereka memilih, dan kenapa memilih, serta bagaimana kiat-kiat untuk memilih tidak pakai lama, cara melipat,” kata Tuti.
Lebih lanjut ia mengatakan para ODGJ tidak mengalami kesulitan ketika melalui berbagai proses pemungutan suara, mulai dari mengantre, mengisi daftar nama, mengambil surat suara, melakukan pencoblosan, hingga memasukkan surat suara ke kotak suara. Semua dilakukan sendiri tanpa pengawalan dari pihak panti maupun pihak Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS).
“Sebetulnya dibilang kesulitan sih tidak, sesuai dengan kondisi mereka saja. Pada dasarnya kita bisa lihat semua mereka ikut jadi mereka asal disuruh ya ikut saja namanya disabilitas mental,” kata Tuti.
Menurut Tuti, pada pemilu sebelumnya hak suara para ODGJ belum tersalurkan dengan baik karena tidak ada TPS khusus yang disediakan di dalam panti sehingga mereka yang diizinkan untuk memilih bergantung pada rekomendasi dari psikiater yang bekerja sama dengan Dinas Kesehatan DKI Jakarta.
“Dulu kita masih gabung dengan masyarakat jadi rumit dulu harus bawa sekitar 60 orang keluar panti dengan penjagaan ketat untuk pencoblosan, sekarang kami mendapat TPS sendiri,” kata Tuti.
Baca juga: ODGJ antre pemungutan suara di panti sosial Cipayung
Baca juga: 770 ODGJ Panti Sosial di Jakarta Timur ikuti pemilu
Pewarta: Virna P Setyorini/Astrid Faidlatul Habibah
Editor: Agus Salim
Copyright © ANTARA 2019