Jakarta (ANTARA News) - Jumlah Kereta Api (KA) yang mengalami kecelakaan berupa anjlok dan terguling dari relnya selama semester pertama 2007 meningkat drastis dibanding periode yang sama tahun lalu, kata Direktur Jenderal (Dirjen) Perkerataapian Departemen Perhubungan (Dephub), Wendy Aritenang. "Sudah melebihi total jumlah kereta yang anjlok dan terguling tahun lalu. Sementara jumlah korban luka berat dan luka ringan pun melonjak signifikan," ujarnya di Jakarta, Selasa. Dijelaskannya, enam bulan pertama tahun ini sudah terjadi 61 kali kecelakaan kereta anjlok dan terguling. "Padahal, tahun lalu jumlah kecelakaan hanya 52 kali," katanya. Ia menduga, jumlah itu masih bisa bertambah mengingat selama Juli sampai saat ini masih banyak kereta yang anjlok dan terguling. Sementara itu, menurut dia, dari sisi kecelakaan tabrakan kereta, lanjut dia, jumlahnya menurun. Pada semester I 2007, ujarnya, hanya terjadi satu kali tabrakan antar-kereta, namun di tahun lalu jumlahnya ada lima kali. Begitu juga peristiwa tabrakan di perlintasan antara kereta dan kendaraan bermotor. Dari Januari - Juni 2007 Dephub hanya mencatat lima kali tabrakan. Pada 2006, jumlah tabrakan kereta dan kendaraan bermotornya mencapai 22 kali. Akibatnya, jumlah korban luka ringan dan luka berat bertambah dua kali lipat. Ditjen Perkeretaapian mencatat, dalam semester I 2007 ada 164 korban luka ringan, padahal sepanjang tahun lalu hanya 52 orang luka ringan. "Begitu juga lonjakan korban yang luka berat, sebanyak 146 orang, padahal sepanjang tahun lalu hanya 71 orang. Meski demikian jumlah korban meninggal menyusut, dari total 50 orang tahun lalu menjadi 18 orang dalam enam bulan pertama tahun ini," urainya. Wendy menambahkan, penyebab kecelakaan didominasi oleh masalah sarana kereta api itu sendiri, sebanyak 36 persen. Baru kecelakaan akibat unsur pihak lain sebanyak 27 persen dan masalah prasarana 22 persen. Di luar itu, kecelakaan akibat bencana alam hanya tiga persen dan akibat kelalaian operator hanya 12 persen. "Penyebab utama kecelakaan adalah kualitas sarana, perawatan sarana kita kurang. Dari sisi prasarana, bantalan rel kita lapuk dan kurang," tegasnya. Namun ia juga menggarisbawahi kurangnya disiplin pengguna jalan raya. Mereka kerap tidak mengindahkan aturan perlintasan kereta api. Wendy juga mengakui kecelakaan tidak lepas dari kurang disiplinnya tenaga operator kereta api. "Masinis, petugas pengatur perjalanan kereta api (PPKA), dan petugas jaga perlintasan pintu perlintasan (PJL) kami, juga diakui kurang disiplin," katanya menambahkan. (*)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2007