Jakarta (ANTARA News) - Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia (BI), Miranda Goeltom, memperkirakan cadangan devisa akhir tahun 2007 mencapai 56,655 miliar dolar Amerika Serikat (AS), karena kenaikan harga minyak mentah dunia yang terjadi baru-baru ini. "Awal tahun asumsi harga minyak 62 dolar per barel, cadangan devisa negara mencapai 54,3 miliar dolar AS. Dengan berubahnya rata-rata harga minyak (perkiraan BI) sebesar 69,8 dolar AS per barel, maka cadangan devisa menjadi 56,655 miliar dolar AS," katanya dalam rapat kerja BI dengan Komisi XI DPR, di Gedung DPR, Jakarta, Selasa. Menurut dia, kenaikan harga minyak mentah dunia membuat surplus NPI tahun 2007 lebih tinggi dari perkiraan sebelumnya. Surplus itu juga diakibatkan kenaikan harga komoditas dan traksaksi modal serta finansial yang diperkirakan berdampak positif. Selain itu, kenaikan harga minyak mentah dunia juga telah mendorong stabilitas nilai tukar rupiah mengingat pada November 2007 rata-rata nilai tukar rupiah Rp9.107 per dolar AS. Oleh karena itu, rata-rata nilai tukar per dolar AS pada 2007 akan berada pada kisaran Rp9.050 hingga Rp9.125. Namun demikian, BI mencermati sentimen negatif yang bisa mempengaruhi perekonomian Indonesia seperti sentimen ekspektasi terhadap tekanan inflasi menjelang akhir 2007. "Ekspektasi inflasi sudah terlihat ada sedikit peningkatan, hal itu tercermin dari survei BI. Ini merupakan indikator yang kita amati, agar tekanan inflasi tidak berlebihan," katanya. Sementara itu, menurut dia, inflasi 2007 tetap sesuai target senilai 6 persen dengan "plus minus satu persen", sedangkan pertumbuhan ekonomi diperkirakan senilai 6,2 hingga 6,3 persen. "Dengan konsumsi rumah tangga sebagai mesin pertumbuhan ekonomi," ujarnya. Untuk itu, ia menambahkan, harus dicermati agar daya beli tidak dipengaruhi oleh ekspektasi inflasi berlebihan. (*)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2007