Tangerang (ANTARA News) - Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) Serpong, Kabupaten Tangerang, optimistis bahan bakar nabati (BBN) jenis biodiesel berkembang pesat di Indonesia. "Fungsi biodiesel untuk menggantikan bahan bakar minyak (BBM) yang berasal dari fosil, yang lambat laun produksinya akan menurun," kata Kepala BPPT, Prof. Said D. Jenie, di Tangerang, Selasa. Said mengatakan, biodiesel dibuat dari bahan baku tanaman jarak dan crude palm oil (CPO) atau minyak sawit mentah yang pasokannya sangat banyak tersebar di wilayah Jawa, Sulawesi, Kalimantan, dan Sumatera. Saat ini BBN biodiesel sudah mulai diaplikasikan pada jenis kendaraan otomatis dan beberapa pembangkit listrik, bahkan pemerintah sudah melakukan sosialisasi dari Aceh hingga Bali untuk penggunaan bahan bakar biodiesel. Selain memproduksi biodiesel, BPPT juga melakukan penelitian terhadap cara pembibitan tanaman jarak serta membuat rancangan pabrik pembuatan biodiesel dalam skala kecil dengan produksi 3.000-6.000 liter per hari. Tercatat 40 utusan dari berbagai daerah menghadiri seminar BPPT tentang pembuatan pabrik biodiesel skala kecil yang akan di tempatkan di seluruh daerah di Indonesia untuk menunjang perkembangan produktivitas bahan bakar nabati. Dikatakan Said, biodiesel bermanfaat bagi kendaraan, industri pabrikasi, maupun pembangkit tenaga listrik, pasalnya penggunaan biodiesel sebanyak 10 hingga 20 persen mampu mengurangi emisi gas karbondioksida (CO2) hingga 20 hingga 30 persen dibanding BBM fosil, seperti solar dan premium. "Selain mengurangi kadar polusi CO2, biodiesel mampu memperlambat proses pemanasan global," kata Said. Meski persediaan bahan baku biodiesel banyak tersebar di Indonesia, proses pembibitan secara massal menghadapi kendala, karena itu perlu penelitian khusus pembibitan jangka panjang bagi petani. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengeluarkan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 5 Tahun 2006 tentang Target Pemerintah Indonesia untuk Mengembangkan Penggunaan Campuran Biodiesel sebanyak lima hingga 10 persen pada tahun 2025 mendatang. (*)
Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2007