Gianyar (ANTARA News) - Presiden Soesilo Bambang Yudhoyono meminta para pakar teknologi agar mencari dan mengembangkan teknologi yang lebih murah bagi upaya pengembangan bahan bakar alternatif, seperti tenaga angin dan tenaga matahari, agar target pemerintah mengurangi bahan bakar fosil bisa terwujud. "Kita harus mencari teknologi yang lebih murah untuk mengembangkan sumber energi alternatif, seperti bayu (angin) serta tenaga surya," kata Presiden Yudhoyono di Gianyar, Bali, Selasa siang, ketika meresmikan penggunaan bio-pertamax dan bio-solar untuk pertama kalinya di Pulau Dewata. Acara peresmian penggunaan dan penjualan bio-pertamax dan bio-diesel juga dihadiri oleh Ibu Negara Ani Yudhoyono, Menteri ESDM Purnomo Yusgiantoro, dan Dirut Pertamina Ari Sumarno. Presiden mengatakan pula bahwa teknologi sumber energi alternatif juga diperlukan untuk menghasilkan bahan bakar nabati. Dikatakannya, sampai saat ini bahan bakar minyak yang menggunakan bahan bakar fosil masih digunakan sebagai sumber untuk 52 persen energi. "Pada tahun 2025 kita menargetkan penggunaan bahan bakar fosil akan berkurang hingga 20 persen saja," kata presiden. Dalam kesempatan itu, Presiden Yudhoyono mengemukakan penggunaan bio-pertamax dan bio-solar di Bali sengaja diperketat karena pada tanggal 3 hingga 14 Desember akan berlangsung Konferensi PBB mengenai Perubahan Iklim, sehingga kendaraan yang dipakai oleh delegasi bisa menggunakan kedua jenis bahan bakar alternatif tersebut. Lebih lanjut ia meminta masyarakat agar lebih memperhatikan pelestarian alam untuk menghindari kerugian yang lebih besar pada masa mendatang. Sekarang penduduk dunia mencapai 6,3 miliar jiwa dan penduduk Indonesia 230 juta orang. Angka itu akan terus bertambah pada masa mendatang, sehingga bangsa Indonesia, ujar Presiden, harus lebih memperhatikan pelestarian alam. Usai meresmikan pompa bensin yang menggunakan bio-pertamax dan bio-solar, Presiden dan rombongan meninjau SPBU yang berada di Jalan Prof. Ida Bagus Mantra. (*)
Copyright © ANTARA 2007