Jakarta (ANTARA News) - Kurs rupiah Selasa pagi melemah mendekati level Rp9.200 per dolar AS, karena pelaku masih tetap memburu mata uang asing itu. Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS melemah jadi Rp9.190/9.195 per dolar AS dibanding penutupan hari sebelumnya Rp9.167/9.180 per dolar AS atau turun 23 poin. Direktur Retail Bank Mega Tbk, Kostaman Thayib, di Jakarta, mengatakan pasar masih menekan rupiah, sehingga mata uang lokal itu terpuruk mendekati level Rp9.200 per dolar AS. Pelaku pasar cenderung memegang dolar AS ketimbang rupiah, setelah di pasar regional, mata uang asing itu naik, baik terhadap euro maupun yen, setelah beberapa hari lalu terpuruk, katanya Menurut dia, pelaku lebih percaya memegang dolar AS ketimbang rupiah, sekalipun negara pemilik mata uang asing itu pertumbuhan ekonominya cenderung melambat yang memicu bank sentral AS (The Fed) untuk kembali menurunkan suku bunganya. Namun faktor positif, seperti masuknya dana asing ke pasar domestik, rencana The Fed kembali menurunkan suku bunganya serta stabilnya suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) belum mendorong rupiah menguat, katanya. Meski demikian, lanjut dia, peluang rupiah untuk menguat masih ada, yang saat ini agak tertahan oleh kekhawatiran pelaku terhadap pertumbuhan ekonomi dunia yang kian melambat akibat gejolak kenaikan harga minyak mentah dunia. Rupiah seharusnya sudah menguat, melihat dolar AS terpuruk terhadap euro dan yen, namun faktor positif dari eksternal belum mampu mendongkrak rupiah itu naik, katanya. Sementara itu, dolar AS terhadap yen naik 0,2 persen menjadi 109,70 dari sebelumnya 109,12 yen dan euro terhadap dolar AS menjadi 1,4535 yang sebelumnya sempat berada di level 1,4753. Para pelaku asing sebenarnya khawatir dengan kasus subprime mortgage dan pengetatan kredit di AS yang akan menimbulkan kerugian bagi lembaga keuangan AS yang menekan pertumbuhan ekonomi AS. Apabila kasus ini berlangsung lama, maka ekonomi AS akan semakin terpuruk, katanya. (*)
Copyright © ANTARA 2007