Kabul (ANTARA News) - Dua prajurit NATO tewas dan seorang lagi cedera dalam serangan bom pinggir jalan di Afghanistan timur, Senin, kata sejumlah pejabat, sementara pasukan koalisi pimpinan AS yang beroperasi di wilayah selatan negara itu sehari sebelumnya menewaskan sekitar 15 gerilyawan Taliban serta seorang wanita dan dua anak. Pernyataan dari Pasukan Bantuan Keamanan Internasional (ISAF) pimpinan NATO tidak menyebutkan kewarganegaraan prajurit-prajurit itu atau lokasi pasti serangan tesebut. Namun, mayoritas pasukan internasional di Afghanistan timur adalah prajurit AS. Serangan itu terjadi tiga hari setelah enam prajurit Amerika tewas dan delapan lain cedera ketika gerilyawan Taliban menyerang patroli mereka di provinsi wilayah timur Nuristan. Sementara itu, pasukan koalisi pimpinan AS membunuh seorang wanita dan dua anak serta sekitar 15 pejuang Taliban di Afghanistan selatan. Orang-orang itu tewas Minggu selama operasi yang ditujukan pada "fasilitator senjata dan peledak yang terkait dengan gerilyawan Taliban" di distrik Garmsir di provinsi Helmand, Afghanistan selatan, kata militer AS dalam sebuah pernyataan. Pasukan koalisi diserang tembakan senjata ringan oleh gerilyawan yang bersembunyi di sejumlah bangunan ketika mereka memulai pemeriksaan terhadap sebuah bangunan, kata pernyataan itu. Pasukan membalas tembakan senjata ringan itu dan juga menggunakan satu granat, yang merobohkan sebuah bangunan tempat gerilyawan itu melancarkan serangan, katanya. Peningkatan jumlah korban akibat kekerasan yang dilakukan Taliban di Afghanistan telah membuat sejumlah negara berencana melakukan pengurangan atau penarikan pasukan yang tergabung dalam ISAF pimpinan NATO yang saat ini mencakup 37.000 prajurit dari 37 negara. Selain pasukan ISAF, terdapat ribuan prajurit koalisi pimpinan AS di Afghanistan. Serangan-serangan yang dipimpin Taliban meningkat, menewaskan lebih dari 5.700 orang, sebagian besar gerilyawan, sepanjang tahun ini. Taliban, yang memerintah Afghanistan sejak 1996, mengobarkan pemberontakan sejak digulingkan dari kekuasaan di negara itu oleh invasi pimpinan AS pada 2001 karena menolak menyerahkan pemimpin Al-Qaeda Osama bin Laden, yang bertanggung jawab atas serangan-serangan di wilayah Amerika yang menewaskan sekitar 3.000 orang pada 11 September 2001, demikian laporan DPA. (*)

Copyright © ANTARA 2007