Jakarta (ANTARA) - Lembaga riset Nielsen menyatakan bahwa konsumen Indonesia rela membayar lebih untuk produk premium, terutama melalui platform "e-commerce".
Dalam keterangan tertulis di Jakarta, Selasa, Studi Changing Consumer Prosperity Nielsen mengungkapkan konsumen online Indonesia bersedia membayar lebih mahal untuk produk premium pada kategori elektronik pribadi seperti komputer, ponsel, tablet, alat baca, dan lainnya sebanyak 63 persen; kategori produk pakaian/sepatu (41 persen), mobil (37 persen), perhiasan (34 persen), dan kosmetik (32 persen).
Ditemukan pula bahwa setengah konsumen Indonesia masih mempertimbangkan rekomendasi dari rekan atau keluarganya sebagai faktor yang paling berpengaruh dalam pembelanjaan produk-produk premium baru.
Sementara masing-masing 45 persen konsumen lainnya mengaku bahwa iklan online dan riset tentang produk menjadi faktor lainnya yang mempengaruhi keputusan mereka untuk mencoba produk premium baru.
"Kebiasaan melakukan riset, yang kebanyakan dilakukan dengan cara browsing internet, sebelum membeli produk, lebih banyak dilakukan konsumen Indonesia jika dibandingkan dengan konsumen negara lain di Asia Pasifik," kata Direktur Consumer Insight Nielsen Indonesia, Rusdy Sumantri.
Rusdy menyebut iklan online juga mempengaruhi keputusan membeli. Menurut dia, hal itu menunjukkan bahwa pengaruh kanal online terhadap perilaku belanja konsumen di Indonesia semakin meningkat.
"Produsen produk premium harus jeli untuk memanfaatkan kanal online untuk menarik konsumen mereka," imbuh Rusdy.
Secara umum, laporan tersebut mengungkapkan perilaku pembelian dan belanja konsumen pada kategori produk premium bahwa semakin banyak konsumen di seluruh dunia yang berbelanja secara online ke e-commerce lokal untuk produk-produk premium, dengan preferensi mencapai 45 persen di 2018, naik 6 poin dibanding 2016.
Konsumen di India, Turki dan Indonesia (masing-masing 72 persen, 66 persen dan 58 persen) adalah yang paling mungkin berbelanja online secara lokal untuk produk-produk premium menurut laporan tersebut.
Laporan itu juga mencatat hampir seperempat konsumen membeli produk-produk premium dari e-commerce luar negeri (24 persen, naik 5 poin dibanding 2016).
Toko-toko fisik terus menghasilkan penjualan dari tiga dari lima konsumen (60 persen) di dalam negeri. Sementara itu, 15 persen konsumen mengatakan mereka bepergian ke luar negeri untuk membeli produk premium, dengan alasan paling umum adalah karena pengalaman pribadi dan perhatian yang didapatkan selama di dalam toko.
Konsumen di Hong Kong (38 persen), Kroasia (36 persen) dan Serbia (36 persen) adalah yang paling cenderung bepergian ke luar negeri untuk berbelanja barang-barang premium.
Faktor-faktor utama yang dicari konsumen di seluruh dunia dari produk premium adalah kualitas yang unggul, kinerja, desain, pengalaman dan merek.
Khususnya, sekitar dua dari lima konsumen bersedia membayar lebih untuk produk dari bahan organik dan sepenuhnya alami. Serupa dengan hal tersebut, konsumen bersedia membayar lebih untuk produk yang berkelanjutan dan produk-produk memiliki tanggung jawab sosial.
Menurut laporan Nielsen, kategori produk teratas di mana konsumen paling bersedia untuk membeli barang-barang premium termasuk elektronik pribadi (42 persen), pakaian (40 persen), kosmetik (31 persen) dan protein seperti susu dan daging (masing-masing 30 persen dan 29 persen).
Konsumen menilai rekomendasi teman sebagai faktor yang paling berpengaruh dalam uji coba mereka terhadap produk-produk premium baru.
Hampir setengah dari konsumen (46 persen) mengatakan rekomendasi dan dorongan teman dan keluarga mempengaruhi keputusan mereka untuk mencoba produk premium baru, diikuti oleh riset tentang produk (36 persen), iklan online (32 persen), iklan televisi (31 persen) dan iklan dalam toko (25 persen).
Baca juga: Nielsen sebut Indonesia peringkat tiga Indeks Keyakinan Konsumen
Pewarta: Ade irma Junida
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2019