Bantul (ANTARA) - Badan Pengawas Pemilu Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, menggiatkan kegiatan pengawasan politik uang yang berpotensi muncul menjelang pemungutan suara Pemilu serentak 2019.
"Kalau sejauh ini temuan maupun laporan (politik uang) belum, tapi pada hari tenang ini kami jajaran pengawas pemilu sudah melakukan patroli," kata anggota Bawaslu Bantul Supardi di Bantul, Selasa.
Menurut dia, jelang pemungutan suara diakui praktik atau dugaan politik uang cenderung menguat, meski begitu dari hasil patroli ke wilayah Banguntapan dan Pleret hingga dini hari kemarin belum ada temuan.
"Untuk saat ini masih kondusif, tapi kalau ada informasi di beberapa wilayah yang mengarah ke dugaan politik uang tetap akan kami ditindaklanjuti, bisa jadi kami (kalau ada temuan) nanti investigasi ke lapangan," katanya.
Supardi mengatakan, pengawasan terhadap politik uang masih terus dilakukan, karena kemungkinan malam jelang pemungutan suara praktik yang sudah dikenal dengan istilah 'serangan fajar' pasti ada.
"Karena yang sering terjadi di hari tenang seperti itu (serangan fajar), bahkan di 2009 dulu laporan politik uang juga terjadi malam hari H," katanya.
Dia menjelaskan, guna mengantisipasi praktik politik uang itu, Bawaslu bersama lembaga penyelenggara pemilu sudah memberikaaln imbauan untuk tolak politik uang dan juga memberikan pendidikan politik ke masyarakat.
"Makanya dari awal pencegahan kami lakukan itu baik dengan sosialisasi maupun membentuk desa APU (Anti-Politik Uang), itu bagian dari upaya kami dalam rangka memerangi politik uang," katanya.
Dia juga mengatakan, praktik politik uang menguat menjelang pemungutan suara itu karena ada kemungkinan mereka yang menjadi peserta pemilu ingin memenangkan kontestasi, sehingga dengan melakukan itu, pemilih akah memilih calon yang memberi.
"Di satu sisi mereka saling mengintip ke sana kemari, dan yang terjadi saling curiga, padahal kalau mereka (peserta pemilu) percaya diri dan punya visi misi baik pemilih sudah punya penilaian sendiri," katanya.
Pewarta: Hery Sidik
Editor: Yuniardi Ferdinand
Copyright © ANTARA 2019