sektor industri manufaktur sedang ekspansif. Jadi, bukan deindustrialisasi..

Tangerang (ANTARA) - Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto menyebut kinerja sektor manufaktur mampu melampaui pertumbuhan ekonomi nasional, industri mesin dan perlengkapan yang tumbuh sebesar 9,49 persen, industri kulit dan alas kaki sebesar 9,42 persen, serta industri logam dasar mencapai 8,99 persen, yang mengindikasikan bahwa sektor manufaktur ekspansif.

“Performa manufaktur Indonesia juga dapat dilihat dari PMI periode 2018 sampai Maret 2019 yang menyentuh di level 52,65 atau berada di atas angka 50, yang menunjukkan bahwa sektor industri manufaktur sedang ekspansif. Jadi, bukan deindustrialisasi,” kata Airlangga di Tangerang, Senin.

Airlangga pun mengemukakan, sektor industri merupakan kontributor terbesar dalam penerimaan negara melalui setoran pajak yang mencapai Rp363,60 triliun atau 30 persen dari total penerimaan pajak tahun 2018.

Capaian ini meningkat 11,12 persen dibanding tahun sebelumnya. Selain itu, industri mampu menyumbang penerimaan cukai sebesar Rp159,7 triliun.

“Kemudian dari segi investasi, sektor industri penyumbang investasi terbesar dalam 4 tahun terakhir (2014-2018) selalu yang tertinggi, yaitu sebesar 41,8 persen dari total realisasi investasi,” tuturnya.

Industri juga merupakan penyumbang terbesar terhadap nilai ekspor Indonesia yang mencapai 72,2 persen atau 130 miliar dolar AS pada 2018.

“Ekspornya itu bukan dalam bentuk komoditas. Misalnya, mulai dari gerbong kereta api, stainless steel, kendaraan roda empat maupun roda dua, kertas, perhiasan, hingga furnitur. Ini semua adalah karya dan produksi Indonesia yang telah diakui dunia,” tegas Menperin.

Selanjutnya, sektor industri memberikan peluang penyerapan tenaga kerja yang terus meningkat dari tahun ke tahun, yaitu dari 15,54 juta orang pada tahun 2015 menjadi 18,25 juta orang di tahun 2018 atau tumbuh rata-rata 677 ribu orang per tahun.

Oleh karena itu, hilirisasi Industri terus didorong oleh pemerintah karena terbukti nyata memberikan efek berantai yang luas bagi perekonomian nasional. Contohnya, yang terjadi di kawasan industri Morowali, melalui aktivitas smelter nikel.

“Di sana, lima tahun yang lalu, ekspornya nikel ore hanya berkisar 200 juta dolar AS, namun kini dengan masuknya industri stainless steel, yang investasinya mencapai 5 miliar dolar AS, sekarang ekspornya sudah tembus di atas 5 miliar dolar AS atau terjadi kenaikan 25 kali lipat,” ungkapnya.

Di sektor otomotif pun menunjukkan pendalaman struktur yang signfikan dan mampu menyerap tenaga kerja langsung hingga satu juta orang.

“Bahkan saat ini, sudah ada empat pabrikan besar yang telah menjadikan Indonesia sebagai bagian dari rantai supply global. Dan, dalam waktu dekat, ada beberapa prinsipal yang akan bergabung, sehingga menjadikan Indonesia sebagai hub manufaktur otomotif wilayah Asia,” imbuhnya.

Baca juga: Menperin: Kinerja manufaktur positif selama pemerintahan Jokowi-JK
Baca juga: Menperin yakini kinerja manufaktur tumbuh positif hingga akhir tahun
Baca juga: Kinerja industri manufaktur kian positif

Pewarta: Sella Panduarsa Gareta
Editor: M Razi Rahman
Copyright © ANTARA 2019