Islamabad (ANTARA News) - Pemimpin oposisi Pakistan Benazir Bhutto akan menantang Presiden Pervez Musharraf dan tetap melakukan rapat pro demokrasi pekan depan, kata seorang staf, Sabtu, sementara Washington mendesak Pakistan mengakhiri keadaan darurat. Benazir yang tetap berada dalam tahanan rumah di Islamabad, Jumat untuk mencegah dia memimpin satu protes di kota garnisun Rawalpidi, berencna akan pergi dengan iring-iringan mobil dari Lahore ke ibukota Islamabad, Selasa. Polisi tetap menjaga ketat kediaman mantan perdana menteri itu di Islamabad Sabtu pagi, dengan menempatkan penghadang-penghadang kawat berduri dan beton kendatipun mengatakan ia tidak lagi dikenakan tahunan rumah, kata seorang saksimata Reuters. Pakistan yang tergelincir dalam ketidaktentuan politik meningkat dalam pekan lalu dengan pemberlakuan keadaan darurat oleh Musharraf yang juga panglima militer itu membuat para investor asing kuatir dan mencemaskan pasar domestik. Ribuan penentang Musharraf juga telah ditahan. "Pada tanggal 13 konvoi kendaraannya akan bergerak. Jika dia tidak ke sana, rapat akan tetap dilakukan," kata Jamil Soomro, seorang koordinator media Partai Rakyat Pakistan yang dipimpin Benazir kepada Reuters. Ia mengatakan, mantan PM itu, politikus Pakistan yang paling mampu menggerakkan massa di jalan-jalan, kemungkinan akan melakukan pertemuan dengan para diplomat Asing, Sabtu tetapi tidak merinci mengenai gerakan-gerakannya. "Pemerintah telah lumpuh," teriak Benazir ke para pendukungnya di seberang barikade kawat berduri, Jumat sementara polisi yang menggunakan pentungan dan gas air mata membubarkan protes-protes kecil di beberapa bagian negara itu. Musharraf mengatakan pemilu akan diselenggarakan 15 Februari, terlambat sekitar sebulan dari yang direncanakan. Ia juga mengatakan ia akan mengundurkan diri sebagai panglima militer dan dilantik sebagai presiden sipil apabila para hakim baru Mahkamah Agung yang diangkat mengalahkan tantangan-tantangan terhadap terpilihnya kembali sebagai presiden. Benazir telah melakukan perundingan mengenai pembagian kekuasaan dengan Musharraf selama beberapa bulan dan para pengamat politik mengatakan kerjasama antara kediua orang itu--- yang menurut AS melegakan -- masih tetap mungkin dilakukan. AS tetap mendesak Musharraf, yang merebut kekuasaan dalam kudeta tidak berdarah tahun 1999 dan AS anggap sebagai sekutu dekatnya dalam perang melawan Al Qaeda dan Taliban, menyerukan diakhirinya keadaan darurat yang ia berlakukan sepekan lalu. (*)

Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2007