Jakarta (ANTARA) - Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan mengatakan perlu lebih banyak lagi rencana pembangunan kota dengan pembangunan sistem transportasi sebagai kuncinya.
"Kita butuh mengadopsi lebih banyak rencana pembangunan kota. Rencana pembangunan transportasi adalah kuncinya," kata Anies saat diskusi bertemakan "Sustaining Transit Investment in Asia's Cities" (Investasi Transit Berkelanjutan di Kota-kota Asia) di Balai Agung, Senin.
Dia menjelaskan sejak tahun 2005, masyarakat Indonesia telah banyak tinggal di perkotaan dibandingkan pedesaan. Pada 2050 akan lebih dari 70 persen populasi dunia akan tinggal di kota.
Anies mengatakan masalah transportasi di Jakarta adalah perpindahan masyarakat yang sebelumnya hampir 48 persen menggunakan kendaraan umum pada tahun 1998, mengalami penurunan hingga 33 persen lantaran beralih ke kendaraan pribadi.
Perubahan selama 20 tahun ini harus segera dientaskan dengan infrastruktur kendaraan publik Jakarta yang terintegrasi dan terkoneksi di seluruh wilayah Ibu Kota.
Dan kondisi angka ini harus dikembalikan, bahkan lebih jauh lagi. Bahwa, perbandingannya 75 persen dengan menaiki transportasi publik dan sisanya sebanyak 25 persen mengendarai kendaraan pribadi.
"Dan itu semuanya membutuhkan investasi masif dan kebijakan yang konsisten di semua sektor. Bukan hanya satu sektor, tapi semua sektor," kata Gubernur.
Pembangunan fasilitas transportasi umum massal melalui Bus Rapid Transit (BRT), Moda Raya Terpadu (MRT) maupun Lintas Rel Terpadu (LRT) tengah dilakukan dan masih membutuhkan investasi hingga mencapai target penyelesaian 10 tahun ke depan.
Selain pembangunan sektor transportasi, Anies juga menekankan pembangunan di sektor rumah dalam memenuhi kebutuhan dasar tingkat mikro, serta memfasilitasi sektor swasta agar terus tumbuh berkembang di Jakarta.
"Kita ingin mengajak banyak agensi pembangunan internasional untuk membagikan praktik terbaik dan telah dibuktikan dari seluruh dunia. Kita ingin mengadopsinya, bukan sekadar mengadaptasinya," kata Gubernur.
Pewarta: Susylo Asmalyah
Editor: Yuniardi Ferdinand
Copyright © ANTARA 2019