Ternate (ANTARA) - Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Ternate Usman Muhammad berharap perbedaan pilihan pada pemilu legislatif (pileg) dan pemilihan presiden (pilpres) 17 April 2019 tidak memunculkan perpecahan di masyarakat yang dapat merusak persaudaraan dan persatuan.
"Perbedaan, baik dalam pilihan politik maupun hal lainnya harus dipahami sebagai hal yang lumrah dan semua harus sepakat untuk berbeda," kata Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Ternate Usman Muhammad di Ternate, Senin.
Selain itu, perbedaan harus diterima sebagai khasanah dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara serta harus menjadi sarana pemersatu, yang filosofi kearifan lokal di Ternate dengan istilah Mari Moi Ngone Futuru atau bersatu kita kuat.
Ia menganalogikan sebuah bangunan yang bisa berdiri dengan kokoh karena bersatunya bahan atau unsur yang berbeda, seperti batu, pasir, semen, kayu dan bahan lainnya.
Pemahaman terhadap ajaran agama dan kesungguhan dalam mengamalkannya dapat menghilangkan permusuhan akibat adanya perbedaan pilihan, karena ajaran agama apapun tidak menginginkan permusuhan.
Dalam menghadapi pemilu 17 April 2019, Usman Muhammad juga mengimbau kepada masyarakat untuk tidak golput, karena pemilu merupakan sarana untuk memilih pemimpin dan wakil rakyat.
Dalam ajaran Islam memilih pemimpin merupakan salah satu keharusan, bahkan Nabi Muhammad SAW memerintahkan jika dalam suatu perjalanan ada tiga orang maka pilihlah salah satu di antaranya sebagai pemimpin rombongan.
"Untuk tiga orang saja sudah diperintahkan untuk memilih pemimpin, apalagi dalam urusan negara, untuk itu semua harus memilih pada 17 April nanti sesuai dengan hati nurani masing-masing," katanya.
Para penyelenggara pemilu dan berbagai pihak terkait lainnya diharapkan melaksanakan tugas secara baik dan sesuai ketentuan yang berlaku, karena jika ada kecurangan biasanya menjadi pemicu terjadinya ketidakpuasan dari pihak tertentu yang pada gilirannya bisa memicu terjadinya konflik.
Pewarta: La Ode Aminuddin
Editor: Yuniardi Ferdinand
Copyright © ANTARA 2019