Sistem subak yang menjadi sistem pertanian tradisional Bali telah bertahan sejak berabad silam. Hal ini wujud warisan budaya yang senantiasa hidup di Pulau Bali
Jakarta (ANTARA) - Indonesia akan merayakan Hari Warisan Dunia 2019 yang mengangkat tema "Rural Landscape" (lanskap pedesaan) di Bali dengan judul "Lanskap Budaya Provinsi Bali: Sistem Subak sebagai Perwujudan Filosofi Tri Hita Karana".
Direktur Warisan dan Diplomasi Budaya Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI Nadjamuddin Ramly di Jakarta, Senin, mengatakan sistem subak yang salah satu warisan dunia itu, dipilih karena sesuai dengan tema "Rural Landscape".
Lanskap pedesaan dimaksud adalah bentang alam kawasan pedesaan yang merupakan akumulasi peningkatan dari warisan benda dan tak benda, bentang alam tersebut juga terus beradaptasi dengan kondisi lingkungan, budaya, sosial, politik, dan ekonomi.
"Sistem subak yang menjadi sistem pertanian tradisional Bali telah bertahan sejak berabad silam. Hal ini wujud warisan budaya yang senantiasa hidup di Pulau Bali," kata dia.
Komite Warisan Dunia UNESCO pada 2012 menetapkan sistem subak sebagai Warisan Dunia. Ada empat kawasan yang dipilih, yaitu Pura Ulun Danu Batur dan Danau Batur di Kabupaten Bangli.
Selain itu, lanskap subak dan Pura Subak di sepanjang DAS Pakerisan di Kabupaten Gianyar, kawasan Caturangga Batukaru di Kabupaten Tabanan dan Buleleng, serta yang terakhir Pura Taman Ayun di Kabupaten Badung.
Subak merupakan peruwujudan dari Tri Hita Karana dalam menjaga keseimbangan hidup antara manusia, lingkungan alam, dan Tuhan Yang Maha Kuasa.
Refleksi tersebut terlihat dari pengaturan pembagian air secara seimbang untuk menjaga ekosistem, melalui organisasi subak dan persembahan rasa syukur kepada Sang Pencipta.
Perayaan itu untuk meningkatkan kesadaran masyarakat dalam melindungi dan melestarikan warisan budaya Indonesia.
Saat ini, Indonesia memiliki empat situs warisan dunia, yaitu kawasan Candi Borobudur, kawasan Candi Prambanan, situs manusia purba di Sangiran, dan sistem subak di Bali.
Pewarta: Aubrey Kandelila Fanani
Editor: M. Hari Atmoko
Copyright © ANTARA 2019