Washington (ANTARA News) - Gubernur Bank Sentral Amerika Serikat (Federal Reserve/The Fed), Ben Bernanke, memperkirakan pertumbuhan ekonomi AS akan lebih lambat dan inflasi akan lebih tinggi hingga akhir 2007 dan awal 2008, menyusul guncangan di pasar finansial dan kenaikan harga energi. Dalam sebuah rapat dengar pendapat dengan Kongres AS, Kamis waktu setempat (Jumat WIB), Bernanke mengatakan, meski mencatat pertumbuhan solid 3,9 persen pada kuartal ketiga, The Fed "tidak melihat kinerja serupa akan bertahan ke depan", sehingga semakin sulit bagi para debitur memperoleh kredit. Namun, ia mengemukakan, sementara kinerja pasar "subprime mortgage", yang menjadi sumber kejatuhan pasar finansial, tetap akan "buruk. Bernanke belum melihat tanda-tanda terpengaruhnya indikator-indikator ekonomi lain akibat krisis itu. Meskipun demikian, ia menilai, "fluktuasi pasar finansial dan hambatan lainnya masih tetap ada."Selain itu, menurut dia, "Informasi yang masuk tentang buruknya kinerja aset-aset terkait kredit perumahan telah memicu kekhawatiran investor akan pertumbuhan pasar kredit dan implikasi kejatuhan pasar perumahan pada pertumbuhan ekonomi." Permintaan konsumen tetap tinggi, pengangguran rendah dan belanja modal oleh pebisnis malah meningkat, ujar Bernanke. Tapi, dia memperingatkan "melubernya" dampak krisis kredit itu akan dapat memaksa The Fed merevisi proyeksi positif pertumbuhan pada pertengahan 2008. "Kami kira, pada musim semi tahun depan, masalah ini akan dapat diselesaikan dan pasar perumahan akan pulih kembali, sehingga daya tahan ekonomi, yang terlihat pada sektor ekonomi lain akan lebih berperan dalam pemulihan ekonomi menuju laju pertumbuhan yang lebih logis," katanya. Bernanke memperingatkan, dolar AS yang lemah dan tingginya harga komoditas, termasuk minyak, yang terancam mencapai 100 dolar AS per barel di pasar New York, akan berdampak pada kenaikan inflasi. Namun, dia tetap beranggapan dolar AS akan menjadi mata uang dominan di dunia, meski sempat menyentuh rekor terendah dan adanya indikasi dari pejabat China bahwa mereka akan mengalihkan investasinya ke mata uang lain. "Saya tidak melihat adanya perubahan mendasar pada jumlah dolar AS yang beredar di dunia. Dolar AS tetap menjadi cadangan aset yang paling dominan dan itu kami harap dapat terus terjadi," ujarnya. Menurut dia, "kekuatan dolar AS dalam jangka menengah tidak tergantung pada portofolio yang dipegang pemerintah asing, tapi pada kekuatan ekonomi AS, situasi perdagangan kita, dan keterbukaan pasar modal kita terhadap modal asing."Sementara itu, para anggota Kongres AS menyerukan kekhawatiran mereka. "Saya khawatir bahwa akan ada "badai" yang lebih besar lagi," kata Senator Charles Schumer, yang menganggap kejatuhan harga rumah, menurunkan kepercayaan pada kreditur, pelemahan dolar AS dan tingginya harga minyak dunia, sebagai "empat pemicu krisis ekonomi AS". Berdasarkan alasan-alasan tersebut, Bernanke mengatakan, maka kebijakan The Fed menurunkan suku bunga menjadi 4,5 persen pada pertemuan terakhir mereka pada Oktober lalu dibenarkan. (*)
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2007