Jimbaran, Bali (ANTARA News) - Direktur Direktorat Penelitian dan Pengaturan Perbankan BI, Halim Alamsyah, mengatakan stabilitas moneter perlu dijaga bersama dengan pengetatan di sektor keuangan, terutama sekuritisasi, untuk mengamankan kestabilan makroekonomi nasional.
Halim menyampaikan hal itu di sela-sela seminar internasional "Stabilitas Makroekonomi menuju Pertumbuhan Ekonomi Tinggi dan Penyediaan Lapangan Kerja" di Jimbaran, Bali, Jumat.
Halim mengemukakan upaya memperketat pengaturan di bidang keuangan bersama dengan kebijakan moneter untuk menjaga inflasi itu merupakan strategi yang dilakukan BI.
"Menjaga kestabilan moneter dengan Inflation Targetting Framework (ITF) dan pada saat yang sama kita juga menjaga sektor-sektor yang terkait dengan sektor keuangan," katanya.
Menurut Halim, strategi ini penting dilakukan segera untuk mencegah terjadinya kasus seperti `subprime mortgage` di Amerika Serikat.
"Masalah yang bersumber dari mikro di perbankan bisa menyebar ke masalah makro. Ini merupakan tantangan untuk menjaga kestabilan moneter,yang harus dijalankan bersama dengan sektor keuangan," katanya.
Dikatakannya, meski di Indonesia saat ini tidak banyak perdagangan securities karena pasar finansial yang belum dalam, pengaturan untuk pengetatan di sektor keuangan harus segera diterapkan.
"Berapa bulan ke depan kita akan menerapkan aturan Basel II dan proses seperti ini akan tertangkap. Begitu ketahuan dia menerbitkan surat berharga kemudian digoreng-goreng, itu akan ketahuan transaksinya yang berisiko tinggi, sehingga dia harus menambah modalnya untuk menutup potensi risiko," kata Halim.
Dijelaskan Halim, dalam program Basel I yang masih berlaku saat ini, kalau ada penerbitan surat berharga atau transaksi derivatif yang menggunakan surat berharga tidak perlu ada cadangan yang bisa menjadi salah satu penyebab munculnya kasus `subprime mortgage`. (*)
Copyright © ANTARA 2007