Kota Meksiko (ANTARA News) - Banjir besar dan tanah longsor yang melanda Meksiko selatan telah menewaskan sedikitnya sembilan orang, dan lebih dari 20 lainnya masih hilang, serta darusat kesehatan diduga akan terjadi pada akhir bulan, kata Menteri Kesehatan Jose Cordoba Kamis. Cordoba mengatakan, tiga orang tewas di negara bagian Tabasco akibat banjir yang dimulai 11 hari yang lalu, sedangkan enam orang meninggal akibat longsoran lumpur pada awal pekan ini di negara bagian Chiapas, di mana `lebih dari 20 orang masih hilang.` Sebagian besar wilayah Tabasco masih direndam air, termasuk ibukotanya, Villahermosa, di mana tingkat kedalaman air telah menurun satu sampai dua meter, meninggalkan bangkai-bangkai sapi dan binatang-binatang lainnya. Cordoba mengatakan, jenazah-jenazah dan barang-barang yang mengambang di air membusuk - disamping rusaknya sistem pembuangan kotoran dan kekurangan air minum - menjadi masalah besar kesehatan. Darurat kesehatan di wilayah-wilayah yang dilanda banjir tampaknya masih akan berlangsung lama. "Situasi di Tabasco saat ini sudah bisa diatasi, bebas dari serangan penyakit, namun dampak banjir hingga kini belum berakhir. Pihak kesehatan akan siaga dua atau tiga bulan tergantung bagaimana banjir segera susut," kata menteri. Para pejabat Villahermosa mengatakan, parit-parit yang besar, dengan lebar sampai 50 meter persegi dengan kedalaman delapan meter, digali di kota untuk menimbun sampah dan mengubur sekitar 2.000 ekor sapi dan hewan-hewan piaraan yang ditemukan tewas di daerah itu. Cordoba mengatakan, sekitar 10.000 orang di Tabasco masih menolak meninggalkan rumah-rumah mereka karena khawatir dirampok. Tetapi para petugas kesehatan telah membuat sebuah `perahu karavan` untuk mengantar vaksin-vaksin dan alat-alat kesehatan yang diperlukan penduduk yang terperangkap banjir itu. Lebih dari separoh dari dua juta penduduk Tabasco telah dilanda banjir, dan hampir 100.000 orang telah diungsikan dari rumah-rumah mereka. Media setempat memperkirakan, kerugian akibat banjir di negara bagian itu mencapai sekitar satu miliar dolar, demikian AFP.(*)
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2007