Seruan antigolput tersebut disampaikan Kelompok Milenial Antigolput Semarang dengan menggelar aksi teatrikal di kegiatan Car Free Day (CFD), kawasan Simpang Lima Semarang, Minggu.
Koordinator Kelompok Milenial Antigolput Semarang Ivan Handoko mengatakan bahwa aksi teatrikal penggunaan hak pilih ini dilakukan bermula dari keresahan atas kecenderungan meningkatnya golongan putih alias golput pada pesta demokrasi.
Prediksi meningkatnya kelompok pemilih yang tidak mau menggunakan hak pilihnya atau suaranya dalam Pemilu 2019 itu terbaca dari hasil sejumlah lembaga survei.
"Dari hasil survei, kecenderungan generasi milenial yang golput melebihi 40 persen. Selain apatis terhadap politik, pada hari H pencoblosan nanti itukan ditetapkan sebagai hari libur, maka ada kemungkinan mereka akan memilih liburan ketimbang datang ke TPS," katanya.
Menurut dia, sikap golput bukanlah sebuah solusi karena masa depan untuk memajukan bangsa ini akan dipertaruhkan di bilik suara, apalagi pemerintah telah mengalokasikan anggaran sebesar Rp24,8 triliun untuk penyelenggaraan Pilpres dan Pileg 2019.
"Kalau masalah pilihan terserah. Karena masing-masing pasti sudah cerdas menentukan pilihan. Jangan justru memiliki 'mindset' siapapun yang terpilih bukan urusanku, tapi datanglah ke TPS dan pilihlah pemimpin yang baik," ujarnya.
Aksi seruan antigolput tersebut juga diikuti oleh Semarangker atau komunitas penjelajah tempat angker, serta pegulat milenial Jawa Tengah.
Dengan tubuh bertelanjang dada dilumuri cat merah putih dan bertuliskan "NO GOLPUT", mereka berjalan kaki mengelilingi kawasan Simpang Lima untuk menyerukan pentingnya menggunakan hak pilih.
Pewarta: Wisnu Adhi Nugroho
Editor: Yuniardi Ferdinand
Copyright © ANTARA 2019