Yangon (ANTARA News) - Utusan Sesjen PBB, Ibrahim Gambari, bertemu dengan pemimpin oposisi Myanmar yang ditahan, Aung San Suu Kyi , Kamis setelah memperingatkan junta terhadap kembalinya status quo sebelum protes-protes massa pro demokrasi melanda negara itu. Gambari bertemu dengan peraih Hadiah Perdamaian Nobel itu sekira satu jam di sebuah wisma tamu pemerintah di kota Yangon, kata seorang pejabat Myanmar kepada AFP. Utusan Sekretaris Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) itu kemudian menuju bandara untuk terbang ke Singapura dan Aung San Suu Kyi pulang ke rumah di mana ia menghabiskan 12tahun dari 18 massa tahanannya dalam tahanan rumah, kata para saksimata. Gambari sebelumnya bertemu dengan para anggota Liga Nasional untuk Demokrasi (NLD)pimpinan Aung San Suu Kyi di ibukota Naypyidaw, 400km utara Yangon, kata para pejabat PBB dan Myanmar. Akan tetapi, missi terakhirnya untuk mendorong reformasi setelah tindakan keras berdarah rezim itu September lalu terhadap protes-protes tampaknya tidak banyak membawa hasil, karena para jenderal menolak pertemuan tiga pihak dengan Aung San Suu Kyi. Gambari mendesak pencabutan larangan terhadap Aung San Suu Kyi dan semua tahanan politik dalam perndingan-perundingannya dengan Menteri Informasi Brigjen Kyaw Hsan, Selasa. Tetapi junta tetap pada sikapnya yaitu dia harus terlebih dulu melepaskan dukungannya bagi sanksi-sanksi internasional terhadap rezim itu jika ia menginginkan konsesi-konsesi dari para jenderal yang memerintah negara ini sejak tahun 1962. "Saat pemerinnah melakukan usahausaha untuk membangun rekonsiliasi nasional, adalah penting bagi pihak lain untuk memberikan tanggapan terhadap tindakan seperti itu. Menteri itu meminta Gambari menjelaskan hal ini kepada dia (Aung San Suu Kyi)," kata suratkabar New Light of Myanmar, Rabu. Gambari gagal melakukan pertemuan dengan pemimpin junta Jenderal Senior Than Shwe dalam kunjungan itu, lawatan keduanya ke Myanmar sejak tindakan keras junta itu. Sekjen PBB Ban Ki Moon sudah me

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2007