Jakarta (ANTARA News) - Kurs rupiah Kamis sore merosot di atas level Rp9.150 per dolar AS, menyusul berlanjutnya aksi lepas mata uang lokal itu akibat kekhawatiran atas kenaikan harga minyak mentah dunia. Nilai tukar rupiah menjadi Rp9.152/9.155 per dolar AS dibanding penutupan hari sebelumnya Rp9.110/9.155 per dolar AS atau melemah 42 poin. "Pelaku pasar khawatir kenaikan harga minyak mentah akan menghambat pertumbuhan ekonomi nasional yang mendorong mereka membeli dolar AS," kata pengamat pasar uang, Edwin Sinaga, di Jakarta, Kamis. Menurut dia, kasus gagal bayar kredit di AS yang diperkirakan mulai menyebar itu juga mengakibatkan bank sentral AS pada bulan depan akan kembali menurunkan tingkat suku bunganya. Upaya ini untuk memicu pertumbuhan ekonomi AS yang semakin melambat, katanya. Rupiah, lanjut dia, meski tertekan hingga di atas level Rp9.150 per dolar AS, namun posisinya dinilai masih normal karena berada dalam kisaran antara Rp9.150 hingga Rp9.200 per dolar AS. "Kami memperkirakan rupiah hari berikutnya masih terkoreksi, karena tekanan negatif pasar cukup besar," katanya. Pasar saham regional yang melemah, menurut dia, juga memberikan tekanan negatif akibat merosotnya bursa Wall Street yang didukung kekhawatiran atas gejolak ekonomi global akibat kenaikan harga minyak mentah dunia yang mendekati angka 100 dolar AS per barel. Meski demikian rupiah juga mendapat sentimen dari membaiknya yen terhadap dolar AS di pasar regional, namun sentimen tersebut tidak bisa menahan tekanan negatif tersebut, katanya. Sementara itu dolar AS diperdagangkan terhadap yen sedikit berubah menjadi 114,700 dan euro pada 1.4636. Yen sedikit membaik terhadap dolar AS, karena pelaku cenderung membeli mata uang Jepang itu, setelah kekhawatiran terhadap kasus "subprime mortgage" mulai muncul lagi, katanya. (*)
Copyright © ANTARA 2007