Singapura (ANTARA News) - Harga minyak terdorong menjauhi kisaran 100 dolar AS per barel pada Kamis setelah sinyal baru mengenai melemahnya permintaan minyak di AS dan Wall Street merosot hampir 40 persen karena aksi ambil untung selama tiga bulan terakhir. Minyak mentah di AS untuk pengiriman Desember turun 82 sen menjadi 95,55 dolar pada 0209 GMT. Harga minyak, Rabu, turun 33 sen, menjauh dari harga puncak 98,62 dolar, harga tertinggi sepanjang waktu. Harga minyak Brent di London turun 48 sen menjadi 92,76 dolar per barel. Harga minyak melonjak sejak Agustus karena melemahnya dolar, meningkatnya permintaan minyak dunia, dan tiisnya pasokan, sehingga mengundang spekulan dalam jumlah sangat besar. Namun rentannya perdaganan meningkat ketika harga mendekati angka keramat 100 dolar. Tumbangnya wall Street yang terpercik oleh ketakutan mengenbai krisis perumahan dapat terus berlanjut sampai tahun depan dan menggeret harga minyak ke bawah sehingga kalangan pedagang khawatir berdampak pada permintaan di negara konsumen terbesar di dunia. "Cadangan yang menurun akan berarti melemahnya harga minyak," kata Jim Ritterbusch, presiden Ritterbusch and Associates di negara bagian Illinois, AS, yang dikutip Reuters. Beberapa analis mengatakan minyak dapat merangkak sampai di atas 100 dolar pe barel dalam beberapa hari mendatang karena ekspektasi mengenai persediaan di negara konsumen utama akan semakin ketat musim dingin ini, meski data pemerintah AS Rabu menurunkan kekhawatiran itu. Bulan lalu, permintaan bahan bakar di AS turun 0,4 persen dari tahun lalu, menurut Lembaga Informasi Energi AS dalam laporan mingguannya. Laporan itu juga menunjukkan cadangan pada pekan lalu turun hanya 800.000 barel, lebih kecil dari perkiraan, menurunkan kekhawatiran mengenai pasokan selama musim dingin. Persediaan bensin turun 800.000 barel, namun cadangan minyak pemanas naik 600.000 barel. Minyak juga berada dalam tekanan karena tergelincirnya dolar AS, yang turun 7,6 persen dari nilainya dibandingkan keranjang gabungan mata uang sejak Agustus. Harga minyak melonjak hampir 40 persen selam aperiode yang sama dengan turunnya dolar yang membuat perdagangan menjadi lebih murah untuk investor non dolar. Sementara negara anggota OPEC menginginkan harga minyak yang lebih tinggi untuk memperbaiki kekuatan belinya. "Lagi dan lagi, kalangan investor akan mengguyurkan uangnya di komoditas ini karena dolar terus melemah," kata analisis JP Morgan. Dolar menyentuh rekor terendah dibanding euro Rabu dan lebih rendah dibanding yen Jepang pada awal perdagangan Kamis di Asia. Harga minyak melonjak mendekati rekor tertinggi yang mencapai 101,70 dolar pada 1980 ketika meletus perang Iran-Irak yang mencetuskan krisis pasokan. Pemerintah AS berulang kali menyerukan harga minyak terlalu tinggi dan meminta OPEC untuk menambah produksinya, namun OPEC menolak meningkatkan produksinya dengan mengatakan pasokan mencukupi.(*)
Pewarta:
Copyright © ANTARA 2007