Jakarta (ANTARA News) - Kurs rupiah Kamis pagi turun tajam di atas level Rp9.150 per dolar AS, karena pelaku pasar khawatir bahwa kasus gagal bayar kredit perumahan di AS mulai menyebar keberbagai negara. Nilai tukar rupiah merosot menjadi Rp9.155/9.160 per dolar AS dibanding penutupan hari sebelumnya Rp9.110/9.155 per dolar AS atau melemah 45 poin. "Kekhawatiran itu mengakibatkan pelaku lokal cenderung melepas rupiah dan membeli dolar AS karena merasa lebih aman bila memegang mata uang asing itu," kata analis valas PT Bank Niaga, Noel Chandra, di Jakarta, Kamis. Dikatakannya, kasus gagal bayar kredit di AS yang diperkirakan mulai menyebar itu mengakibatkan bank sentral AS (The Fed) diperkirakan pada bulan depan akan kembali menurunkan tingkat suku bunganya. Upaya The Fed ini untuk memicu pertumbuhan ekonomi AS yang semakin melambat, ucapnya. Rupiah, lanjut dia, meski tertekan hingga di atas level Rp9.150 per dolar AS, namun posisinya dinilai masih normal karena berada dalam kisaran antara Rp9.150 hingga Rp9.200 per dolar AS. "Kami memperkirakan rupiah pada sore nanti akan kembali terkoreksi, karena tekanan negatif pasar cukup besar," ucapnya. Pasar saham regional, menurut dia melemah, akibat merosotnya bursa Wall StreeT yang didukung kekhawatiran atas gejolak ekonomi global akibat kenaikan harga minyak mentah dunia yang mendekati angka 100 dolar AS per barel mendorong pelaku melepas rupiah. Meski rupiah mendapat sentimen dari membaiknya yen terhadap dolar AS di pasar regional, namun tersebut tidak kuat menahan tekanan negatif tersebut, katanya. Sementara itu dolar AS diperdagangkan terhadap yen sedikit berubah menjadi 114,700 dan euro pada 1.4636. Yen sedikit membaik terhadap dolar AS, karena pelaku cenderung membeli mata uang Jepang itu, setelah kekhawatiran terhadap kasus subprime mortgage mulai muncul lagi, katanya. (*)
Copyright © ANTARA 2007