"Setidaknya ada 600 ribu pekerja pengembara yang telah meninggalkan provinsi Guangdong sejak terjadinya krisis keuangan global," kata Wakil Gubernur provinsi Guangdong Huang Yunlong, seperti dikutip China Daily, di Beijing, Jumat.
Gungdong adalah garis depan bagi reformasi dan kebijakan keterbukaan China, yang sejak 1978 produk domestik bruto (GDP) tahunan wilayah itu meningkat rata-rata 13,45 persen, atau 3,5 persen lebih tinggi dibanding rata-rata nasional.
"Namun bagaimanapun juga krisis keuangan telah membawa Gunagdong menjadi tahun paling sulit setelah krisis keuangan Asia tahun 1998," katanya.
Menurutnya, lebih dari 143 rbu pekerja pengembara telah meninggalkan Guangdong dalam enam bulan pertama 2008.
Hingga akhir Oktober 2008, jumlahnya mencapai 500 ribu. "Biro Statistik Guangdong memperkirakan total 600 ribu jumlah pengembara telah meninggalkan provinsi itu," tambahnya.
Indikator ekonomi utama lainnya di Guangdong, termasuk GDP, impor dan ekspor, juga menunjukkan pelemahan pada 2008.
Penghasilan fiskal setempat juga alami penurunan sebesar sembilan persen pada 2008 dibanding tahun 2007.
Tapi Huang malah menekankan bahwa Guangdong masih memiliki wilayah yang baik untuk pembangunan di masa mendatang.
Tahun 2008, pertumbuhan GDP Guangdong 10,1 persen tahun ke tahun, walaupun rata-rata pertumbuhannya melemah 4,6 persen, sementara GDP per kapita naik 8,7 persen.
Industri perdagangan internasional, sebagai pendorong ekonomi provinsi, meningkat 8,2 persen, ekspor dan impor tumbuh masing-masing 5,6 persen dan 10,1 persen. Meskipun demikian, total volume impor dan ekspor melemah 12,1 persen pada 2007.
Menurut Biro Statistik Guangdong, sebanyak 100.600 perusahaan berdiri sejak 2008, sedangkan 62.400 diantaranya telah tutup. Di provinsi itu sekarang ini terdapat lebih kurang 996.900 perusahaan yang terdaftar.(*)
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2009