Jakarta (ANTARA News) - Ketua Komisi I DPR RI, Theo L Sambuaga, menyatakan kekuatan militer Indonesia memang lebih rendah ketimbang beberapa negara tetangga, tak hanya dari aspek ketersediaan alutsista, terlebih-lebih di sektor kesejahteraan prajurit.
Ia mengatakan itu melalui hubungan telefon seluler, Rabu, menanggapi penegasan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada pembukaan Musyawarah Nasional (Munas) Pepabri di Jakarta, Rabu, yang menyatakan, ia tak ingin TNI kalah modern dan kalah kuat dari negara lain, termasuk dari tetangga.
"Itu pernyataan baik dan positif. Terutama dalam membangkitkan semangat juang para prajurit di lapangan yang keadaannya jauh di bawah memadai, dibanding kebutuhan obyektif minimal, baik itu mengenai kesejahteraannya, juga ketersediaan Alat Utama Sistem Persenjataan (Alutsista) yang dimiliki," kata Theo Sambuaga.
Dari pernyataan Presiden RI itu, politisi senior Partai Golkar ini berharap, akan terekspresi melalui dukungan konkret bagi upaya meningkatkan kemampuan profesional serta semangat dan kesejahteraan prajurit.
"Lebih dari itu, untuk adanya suatu postur militer yang modern dan tangguh secara teknologi, perlu segera ada peningkatan kekuatan Alutsista baik itu di laut, udara, juga darat yang dapat saya tegaskan lagi, beberapa di antaranya telah kalah dibanding negara tetangga," kata mantan Presiden Komisi Politik dan Perlucutan Senjata, Uni Parlemen Sedunia (`Inter-parliamentary Union`, IPU).
Theo Sambuaga yang juga salah satu Ketua DPP Partai Golkar ini lalu mengungkapkan tentang kondisi objektif persenjataan serta peralatan tempur TNI.
"Bisa dibilang, secara umum hanya 30 hingga 40 persen dari kekuatan minimal yang dapat dimanfaatkan. Ini benar-benar memprihatinkan dan harus segera ada solusi melalui penyusunan perencanaan komprehensif berdimensi jangka menengah serta jangka panjang," katanya.
Theo Sambuaga meminta pihak eksekutif, dari Presiden RI selaku Panglima Tertinggi TNI, Menteri Pertahanan dan kalangan petinggi di Markas Besar (Mabes) TNI, agar dapat segera memformulasikan langkah-langkah konkret pertahanan negara ke depan.
"Capek jika selalu hanya bersifat ad-hoc, parsial dan tak komprehensif. Itu berpotensi bagi terjadinya kegiatan-kegiatan yang jauh dari harapan kita, seperti misalnya ada percaloan anggaran dan lain sebagainya," katanya.
Anggaran pertahanan yang terfokus, menurut Theo Sambuaga, akan bisa disusun secara efisien dan efektif, bila telah ada perencanaan pertahanan negara yang komprehensif.(*)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2007