Jakarta (ANTARA News) - Menko Perekonomian Boediono mengungkapkan, pemerintah telah menyiapkan beberapa simulasi pengaruh kenaikan harga minyak dunia pada perekonomian Indonesia. "Itu sudah diexercise apa pengaruhnya pada APBNP 2007 dan prospek 2008 kalau rata-rata sampai dengan 100 dolar AS per barel. Kemudian dampak pada neraca pembayaran, pada biaya bagi produksi dalam negeri dan sebagainya. Ada beberapa langkah antisipatif yang sedang kita godok saat ini," kata Menko di Jakarta, Rabu. Secara umum, menurut Boediono, dampak kenaikan harga minyak dunia yang telah menembus 98 dolar AS per barel pasti akan berpengaruh pada pertumbuhan ekonomi Indonesia, baik langsung ataupun tidak langsung. "Yang tidak langsung melalui, misalnya perlambatan pertumbuhan ekonomi beberapa negara seperti AS dan juga yang lain. Dan yang langsung berdampak yaitu biaya produksi beberapa sektor industri," ujarnya. Menko menambahkan, pengaruh perlambatan ekonomi negara-negara lain adalah dalam bentuk perlambatan pertumbuhan ekspor, meski tidak semua komoditi melambat pertumbuhannya. "Dari exercise awal, itu adalah bahwa beberapa komoditi yang cukup penting, terutama energi tidak berpengaruh karena harganya malah makin baik. Kalau harga minyak naik, harga minyak sawit naik, harga karet naik, dan harga batubara ikut naik," ujarnya. Sedangkan terhadap komoditi yang akan terpengaruh pertumbuhannya, seperti manufaktur, Menko mengatakan, pemerintah akan berupaya memberi fasilitas kemudahan konversi sumber energi dari BBM yang mahal, ke energi primer lainnya yang murah. "Itu yang akan jadi fokus kita," jelasnya. (*)
Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2007