Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah Rabu pagi menguat menjadi Rp9.110/9.113 per dolar AS dibanding penutupan hari sebelumnya Rp9.117/9.178 ,setelah Bank Indonesia (BI) mempertahankan suku bunga acuannya, BI Rate, pada level 8,25 persen. Direktur Retail Banking PT Bank Mega Tbk, Kostaman Thayib, di Jakarta, mengatakan stabilnya BI Rate pada 8,25 persen mengakibatkan tingkat suku bunga rupiah terhadap dolar AS semakin melebar. Suku bunga dolar saat ini mencapai 4,50 persen, setelah dua kali mengalami penurunan mendorong pelaku asing cenderung menempatkan dananya di pasar domestik, katanya. Menurut dia, pelaku asing menempatkan dana di Sertifikat Bank Indonesia (SBI) dan surat utang, karena tingginya tingkat suku bunga tersebut, apalagi di Amerika saat ini sedang terjadi krisis gagal bayar sektor perumahan (Subprime Mortgage) yang menekan pertumbuhan ekonominya. Karena itu, pasar uang dan pasar saham di dalam negeri mengalami kenaikan akibat diserbu oleh pelaku asing, katanya. Rupiah, lanjut dia, apabila tidak ada hambatan diperkirakan akan terus menguat hingga kembali mendekati level Rp9.000 per dolar AS, karena arus modal asing yang masuk cukup besar. Namun pemerintah juga harus mewaspadai arus dana asing yang masuk itu agar tidak menjadi masalah dikemudian hari, ucapnya. Ia mengatakan, menguat rupiah menunjukkan pertumbuhan ekonomi nasional tetap tumbuh, meski ada kekhawatiran atas gejolak ekonomi global. Apalagi pendapatan negara dari ekspor makin besar dengan meningkatnya harga komoditas ekspor, ucapnya. Sementara itu, euro menguat tajam terhadap dolar AS, karena pelaku asing khawatir dengan melambatnya pertumbuhan ekonomi AS akibat kasus subprime mortgage dan upaya China yang akan mendiversifikasikan dana cadangan untuk membeli euro. Euro terhadap dolar AS naik tajam mencapai 1.4666 atau menguat sebesar 0,7 persen. (*)

Pewarta:
Copyright © ANTARA 2007