Jakarta (ANTARA) - Kehadiran Joko Widodo (Jokowi) dalam kancah perpolitikan nasional dianggap sebagai fenomena baru bagi sejarah demokrasi di Indonesia. Sosok itu lantas menjadi objek kajian para akademisi dalam memahami cara pandang masyarakat terhadap politik Tanah Air.
"Belakangan fenomena Jokowi banyak muncul, kami melihat dia sebagai trend setter. Alhasil banyak masyarakat di daerah yang memilih sosok-sosok pemimpin seperti Jokowi," kata Direktur Suropati Syndicate, Muh Shujahri, saat ditemui dalam acara Simposium Peneliti Jokowi, di Hotel JS Luwansa, Jakarta, Jumat malam.
Dia menuturkan fenomena politik Jokowi yang berjuang dari level bawah hingga akhirnya berhasil menjadi presiden Indonesia menarik untuk dibahas dari sisi akademik.
"Untuk konteks nasional setelah Pemilu 2014, kami melihat lagi bahwa ada orang dari bawah berjuang untuk bisa sampai ke level presiden Indonesia," ujarnya.
Dalam konteks itu, lanjut Shujahri, fenomena Jokowi justru menjadi trend setter elit baru di era reformasi, menggeser popularitas kelompok-keluarga elit dari keluarga terpandang yang sebelumnya telah lebih dulu menguasai kancah perpolitikan nasional.
"Kami melihat itu sebagai alasan yang membuat kenapa banyak orang menulis dan meriset tentang Jokowi," ucapnya.
Sosiolog Universitas Sebelas Maret, Aris Arif Mundayat, mengatakan, Jokowi memainkan peran politiknya melalui konsep "kuasa Jawa" yang tidak berbasis teritori, melainkan lebih mendasarkan pada jumlah dan luasan client yang mereplikasi serta merepetisi tradisi dari pusat kekuasaan.
"Biasanya banyak pemimpin mengambil jarak dan gengsi dengan rakyat, tetapi Jokowi justru menjadi bagian dari rakyat," kata dia.
Lebih lanjut dia menjelaskan bahwa Jokowi cenderung menggunakan logika pemimpin bisnis yang bergerak secara hubungan produksi sesuai fungsi dan tugas. Pola komunikasi politik yang Jokowi kembangkan lebih berkarakter wong cilik dan pedagang, karena itu pilihan komunikasi yang dia lakukan dengan rakyat melalui blusukan.
"Jokowi memperoleh modal sosial yang besar dan sekaligus dibicarakan banyak orang," terangnya.
Sementara itu pakar psikologi politik Universitas Indonesia, Hamdi Muluk, memaparkan dalam temuan studi Jokowi memiliki motif berprestasi, kompleksitas kognitif tinggi, tenang, mampu mengendalikan emosi dan memiliki gaya kepemimpinan yang demokratis.
"Jokowi itu street smart, jadi dia bukan orang tipe academic smart yang bertele-tele. Kalau ada masalah akan dia selesaikan secara sederhana dan kreatif," ungkap Hamdi Muluk.
Studi yang dilakukan Muluk itu melibatkan 204 ahli psikologi dengan melihat aspek kepribadian, psikobiografi, analisis pidato dan wawancara.
Simposium yang digelar itu turut dihadiri pengamat ekonomi politik, Fachry Ali, dan penulis buku Ulama Bertutur Tentang Jokowi, Mukti Ali Qusyairi.
Pewarta: Sugiharto Purnama, Joko Susilo
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2019