Solo (ANTARA) -
Komite Ekonomi dan Industri Nasional (KEIN) menyatakan, tidak semua sektor industri membutuhkan teknologi 4.0 untuk memastikan tenaga kerja tidak kehilangan pekerjaan.

"Mengenai teknologi 4.0 ini sudah diterapkan di beberapa negara, seperti di Jerman hanya 26 persen perusahaan yang berhasil menerapkannya," kata Ketua KEIN Soetrisno Bachir pada dialog ekonomi kerakyatan di Solo, Jawa Tengah, Jumat.

Sementara itu, di Thailand, menurut dia, untuk menerapkan teknologi 4.0 ini harus melalui tahapan yang diseleksi pemerintah agar tidak mengurangi jumlah tenaga kerja.

"Memang digitalisasi, robotisasi di bidang marketing bisa memanfaatkan ekonomi digital. Di bidang industrialisasi harus memperhatikan masyarakat yang jumlahnya besar. Ada prioritas yang dilakukan," katanya.

Ia mengatakan sebagai contoh adalah usaha kecil belum membutuhkan teknologi tersebut, sedangkan yang cukup membutuhkan adalah di bidang manajemen yang memang dituntut harus modern.

"Di bidang marketing ini penting diterapkan agar tidak jadi momok. Yang pasti di negara maju pun teknologi ini harus diseleksi agar tidak merugikan masyarakat banyak. Alam kita ini tidak perlu semua menggunakan 4.0," katanya.

Sementara itu, yang dibutuhkan UKM justru kredit bunga murah, seperti di Thailand besaran bunga rata-rata 3 persen. Sedangkan di Indonesia, saat ini Presiden sudah menurunkan bunga kredit dari 18 persen menjadi di bawah 10 persen.

"Nantinya akan diturunkan lagi menjadi 5 persen. Semua harus ke arah sana, di sini KEIN sudah memberikan hasil kajiannya selama dua tahun, insyaallah nanti itu jadi prioritas pemerintahan ini," katanya.

Sementara itu, salah satu pembicara Gus Muwafiq optimististis masyarakat Indonesia akan siap menghadapi era teknologi 4.0. "Jangan ditanya kesiapannya, adakan saja dulu. Mereka ngerti caranya karena masyarakat Indonesia tangguh," katanya.

Pewarta: Aris Wasita
Editor: Nusarina Yuliastuti
Copyright © ANTARA 2019