Malang (ANTARA) - Lima mahasiswa Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya (FP UB) yang tergabung dalam tim Electric Green Innovation (EGI) menjadikan gulma air kiambang (Salvinia molesta M) menjadi energi listrik ramah lingkungan berbasis konservasi.
"Pengembangan energi listrik dari gulma air kiambang ini kami lakukan di kawasan perairan Danau Ranu Pani Desa Ranu Pani, Kecamatan Senduro, Kabupaten Lumajang, Jawa Timur," kata salah seorang tim EGI, Aditya Permana Putra di Malang, Jawa Timur, Jumat.
Aditya menerangkan pengembangan energi listrik tersebut menggunakan Teknologi pengembangan Dye-Sensitized Solar Cell (DSSC) berbahan gulma air kiambang. Bagian dari kiambang yang dimanfaatkan berupa klorofil karena dapat mengonversikan energi matahari menjadi energi listrik.
Penambahan Cyanobacteria hasil eksplorasi di Danau Ranu Pani dalam komponen DSSC, lanjutnya, berpotensi menambah daya keluaran listrik karena bakteri ini mampu berfotosintesis serta mengandung klorofil dan pigmen warna lainnya yang berpotensi dijadikan dye, dan toleran terhadap sinar UV.
Selain itu, kata Aditya, bakteri ini mampu mengonversikan foton yang lebih tinggi secara efisien. Pengembangan DSSC dipilih karena merupakan sel surya dengan pemanfaatan bahan organik yang mudah ditemukan, harga relatif terjangkau, dan memiliki kestabilan kimia yang konstan.
Pemilihan kedua bahan tersebut, karena sangat berlimpah pada daerah tertentu, mudah dikembangkan, berkelanjutan, dan sebagai upaya pemberantasan gulma air di Danau Ranu Pani.
Kiambang merupakan tumbuhan air yang tumbuh di permukaan air dengan karakteristik laju biak yang sangat cepat dengan sifat adaptasi yang tinggi di berbagai kondisi lingkungan, terutama pada air buangan kegiatan industri, limbah domestik, maupun limbah pertanian.
Berdasarkan data yang didapat EGI, populasi kiambang di Danau Ranu Pani saat ini sangat melimpah. Observasi yang dilakukan pada tahun 2018 menyatakan bahwa populasi kiambang di Danau Ranu Pani jauh lebih banyak dari tahun sebelumnya dan hampir seluruh permukaan danau tertutupi oleh gulma air.
Kondisi ini, ujar Adiyta, menimbulkan berbagai macam permasalahan lingkungan berupa pencemaran air. "Kami berupaya memanfaatkannya untuk pengembangan energi listrik di kawasan itu (Danau Ranu Pani)," ucapnya.
Tim EGI yang dibimbing oleh dosen Restu Rizkyta Kusuma itu berhasil meraih medali perak dalam kategori Invention dalam Innovation dan Design Competition di Universiti Teknologi Mara (UiTM) Kedah Branch, Malaysia.
Kelima mahasiswa UB yang bersaing dengan 175 tim dari berbagai negara, seperti Malaysia, Thailand dan Brunei Darussalam itu adalah Aditya Permana Putra, Aditya Aji Novtara, Arvi Wahyu Lestari, Bita Pitaloka, dan Alwan Afif Fadhillah.*
Baca juga: Mahasiswa Universitas Brawijaya Ciptakan Pelindung handphone berbahan apel
Baca juga: 10 mahasiswa terbaik Indonesianext dikirim ke Jepang
Pewarta: Endang Sukarelawati
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2019