Karena, di sini pengunjung dapat mengamati benda-benda peninggalan kerajaan melayu terdahulu, seperti makam raja, bekas reruntuhan bangunan, serta situs-situs bersejarah. Selain itu, juga ditunjang dengan geografis alam hutan yang sejuk, asri, dan menenangkan. Jauh dari hiruk pikuk keramaian kota. "Sejak beberapa tahun belakangan ini tidak pernah dirawat lagi," kata Rudi, salah seorang warga yang tinggal tak jauh dari lokasi tersebut, Jumat (12/4).
Dari penelusuran Antara, sejumlah fasilitas umum seperti rumah adat, juga beberapa buah gazebo yang dibangun Pemko Tanjungpinang itu mulai tampak hancur berantakan. Akibat sudah lapuk dan tua.
Fasilitas lainnya semisal tong sampah, kursi peranginan, dan papan informasi sejarah juga tidak dirawat dengan baik oleh pemerintah. Sampah terpantau berserakan di mana-mana.
Tidak hanya itu, kini tempat tersebut mulai dikelilingi rimbunan semak belukar, bahkan menjalar hampir menutupi makam raja dan bekas reruntuhan bangunan bersejarah. Nyaris tak ada satu pengunjung pun di lokasi tersebut, apalagi petugas yang menjaga "Istana Kota Lama" itu. "Jangankan pengunjung, petugas jaga pun tidak ada ditempatkan di situ," imbuh Rudi.
Sementara, Kepala Dinas Budaya dan Pariwisata (Disbudpar) Kota Tanjungpinang, Saparuddin, mengatakan saat ini Pemko Tanjungpinang kesulitan memelihara destinasi wisata tersebut karena terganjal anggaran operasional. "Memang anggaran operasionalnya sangat minim atau kurang sekali," ucap Saparuddin.
Akibat kekurangan anggaran, Disbudpar mengambil kebijakan untuk mempekerjakan petugas kebersihan sesuai kebutuhan. "Kalau lokasi destinasi wisata itu sudah sangat kotor baru petugas kebersihan dibayar untuk membersihkannya," ucapnya.
Selama ini tidak ada anggaran untuk menyewa petugas jaga, sehingga lokasi itu dibiarkan begitu saja tanpa ada penjaganya. Pemko Tanjungpinang sudah meminta Pelindo I Tanjungpinang untuk mengelola destinasi wisata tersebut. Permintaan itu pun disetujui oleh Pelindo. "Kemarin Pak Wali Kota meminta Pelindo mengelola Istana Kota Lama ini, dan Pelindo pun menyetujui," tuturnya.*
Pewarta: Ogen
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2019