Kami melihat pihak BPN tidak dapat memahami mana pemimpin tegas dan pemimpin yang tempramental. Adalah sebuah kecelakaan berpikiran ketika tegas dan marah dianggap menjadi satu sikap yang sama, karena dua hal tersebut berbeda jauh, ujarnya

Jakarta (ANTARA) - Politikus Partai NasDem, Irma Chaniago berpendapat kemarahan seorang pemimpin, dengan mengedepankan faktor emosional dan tempramental merupakan contoh pemimpin yang tidak stabil dalam mengambil keputusan, bahkan cenderung otoriter.

"Kemarahan pemimpin cenderung membuat pengambilan keputusan yang melewati batas dan cenderung otoriter. Terbuka kemungkinan menjadi pemimpin yang antikritik," kata Irma dalam keterangan tertulisnya, di Jakarta, Kamis, menanggapi pernyataan Amien Rais yang mengatakan seorang pemimpin harus bisa marah.

Pernyataan Amien merujuk kepada tindakan Capres 02 Prabowo Subianto yang kerap emosional dalam setiap kampanyenya.

Anggota Dewan Pembina Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo-Sandi itu yang ikut mendampingi Calon Presiden Nomor Urut 02 Prabowo Subianto berkampanye di Solo, Jawa Tengah, Rabu, (9/4), mengatakan, seorang pemimpin itu harus bisa marah.

Menurut Irma, pernyataan Amien justru keliru. "Kami melihat pihak BPN tidak dapat memahami mana pemimpin tegas dan pemimpin yang tempramental. Adalah sebuah kecelakaan berpikiran ketika tegas dan marah dianggap menjadi satu sikap yang sama, karena dua hal tersebut berbeda jauh," ujarnya.

Anggota Tim Kampanye Nasional Jokowi-Ma'ruf Amin ini mengatakan, dalam leadership program di negara manapun, tempramental dan emosi harus bisa dikontrol bukan untuk diluap-luapkan apalagi di depan umum.

"Kemarahan pemimpin dapat mengakibatkan instabilitas organisasi yang dipimpinnya sekaligus dapat membuka kemungkinan pengambilan keputusan yang terburu-buru karena emosi sesaat yang berpotensi sangat merugikan bagi organisasi tersebut," ucapnya.

Pewarta: Syaiful Hakim
Editor: Edy Supriyadi
Copyright © ANTARA 2019