Dengan Jet FX semuanya itu mereka dapat layani secara real time

Jakarta (ANTARA) - Bank Pembangunan Daerah Jawa Tengah (Bank Jateng) mengincar peningkatan volume transaksi valuta asing atau devisa menjadi 5-6 juta dolar AS per bulan pada tahun ini atau meningkat 100 persen dari 2018 yang 2,5-3 juta dolar AS, di antaranya dengan pengembangan aplikasi "Jet FX".

"Kami ingin terus mengedukaksi dengan platform (aplikasi) ini. Jika tahun lalu volume transaksi sekitar 2,5-3 juta dolar AS per bulan, tahun ini mudah-mudahan bisa 5-6 juta dolar AS per bulan," kata Direktur Keuangan Bank Jateng Dwi Agus Pramudya usai diskusi mengenai ekonomi digital yang diselenggarakan Refinitiv, bekerja sama dengan Perum LKBN Antara di Jakarta, Kamis.

Jet FX yang merupakan akronim dari Jateng Electronic Trading Foreign Exchange adalah aplikasi atau platform yang dikembangkan Bank Jateng bekerja sama dengan Refinitiv, untuk memfasilitasi transaksi valas (foreign exchange).

Jet FX yang bersifat seketika (real time), sehingga memudahkan proses transaksi valas antara kantor cabang perbankan yang berstatus bank devisa dengan kantor pusatnya.

"Bedanya sebelum ada Jet FX, nasabah harus datang ke cabang, enquiry (pemeriksaan) dulu, berapa kurs, valas, harus lapor ke pusat dulu. Dengan Jet FX semuanya itu mereka dapat layani secara real time," ujarnya.

Bank Jateng merupakan salah satu BPD yang memiliki fasilitas bank devisa. Agus mengatakan pada tahun ini terdapat rencana Jet FX untuk bisa dirilis sebagai aplikasi ponsel pintar.

Selain itu, kata Agus, BPD-BPD lain pun tertarik memiliki aplikasi serupa Jet FX agar dapat mengembangkan transaksi valasnya.

"Itu akan menjadi hal yang baik. Jet FX bisa juga dikembangkan BPD-BPD lain, tinggal dikustomisasi," ujar dia.

Menurut Agus, Jet FX dapat menjadi terobosan perbankan untuk memanfaatkan digitalisasi industri jasa keuangan.

Sebelumnya, dalam diskusi yang sama, Direktur Utama Lembaga Kantor Berita Nasional (LKBN) ANTARA Meidyatama Suryodiningrat mengatakan upaya menghadapi tantangan dalam kondisi perekonomian dari global maupun domestik saat ini, merupakan keniscayaan yang harus disiapkan oleh pelaku industri jasa keuangan.

Oleh karena itu LKBN ANTARA sebagai kantor berita nasional, dan juga Refinitiv, yang sebelumnya bernama Thomson Reuters menggelar diskusi yang dapat melahirkan inisiatif-inisiatif baru, guna menghadapi tantangan di ekonomi digital.

Sementara itu, Presiden Direktur Refinitiv Steve Dean mengatakan Indonesia dengan perkembangan instruktur yang masif, termasuk infrastruktur dalam industri keuangan digital memiliki pasar keuangan yang sangat menarik bagi pasar keuangan global.

"Ekonomi digital telah berkembang pesat di sini. Banyak riset menunjukkan nilai-nilai ekonomi digital akan berkontribusi baik terhadap perekonomian," ujar dia.

Baca juga: BPD diminta lebih aktif bertransaksi di pasar untuk cukupi likuiditas
Baca juga: ANTARA, Refinitiv, dan Asbanda gelar diskusi tantangan ekonomi digital

Pewarta: Indra Arief Pribadi
Editor: Kelik Dewanto
Copyright © ANTARA 2019